Ekstrak cair yang diperoleh melalui proses perebusan buah Momordica charantia, atau yang lebih dikenal sebagai pare, telah lama digunakan dalam praktik pengobatan tradisional di berbagai belahan dunia, terutama di Asia dan Afrika.
Cairan ini mengandung beragam senyawa bioaktif yang larut dalam air, seperti glikosida, triterpenoid, alkaloid, dan polifenol, yang dipercaya memiliki efek farmakologis.
Penggunaannya umumnya melibatkan perebusan irisan buah pare dalam air hingga sari-sarinya larut, kemudian air rebusan tersebut disaring dan dikonsumsi.
Metode preparasi ini dianggap sebagai cara yang efektif untuk mengekstraksi komponen bermanfaat dari pare, menjadikannya bentuk konsumsi yang mudah diakses dan diserap oleh tubuh.
manfaat air rebusan pare
-
Membantu Regulasi Kadar Gula Darah
Air rebusan pare dikenal luas karena kemampuannya dalam membantu mengelola kadar glukosa darah, terutama bagi individu dengan diabetes tipe 2. Penelitian telah menunjukkan bahwa pare mengandung senyawa seperti charantin, polipeptida-p, dan vicine, yang memiliki aktivitas hipoglikemik.
Senyawa-senyawa ini bekerja dengan meningkatkan sekresi insulin, memperbaiki sensitivitas sel terhadap insulin, dan menghambat enzim yang bertanggung jawab atas pemecahan karbohidrat menjadi glukosa.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Ethnopharmacology pada tahun 2013 menyoroti potensi pare sebagai agen antidiabetik alami, meskipun penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk dosis optimal dan keamanan jangka panjang.
-
Sumber Antioksidan Kuat
Pare kaya akan antioksidan, termasuk flavonoid, fenolik, dan vitamin C, yang berperan penting dalam melawan radikal bebas dalam tubuh.
Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dapat merusak sel-sel dan berkontribusi pada perkembangan penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung.
Konsumsi air rebusan pare secara teratur dapat membantu mengurangi stres oksidatif, melindungi sel dari kerusakan, dan memperlambat proses penuaan dini. Kandungan antioksidan ini menjadikan pare sebagai pelindung sel yang efektif terhadap agresi lingkungan dan metabolik.
-
Potensi Anti-inflamasi
Senyawa bioaktif dalam pare memiliki sifat anti-inflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan kronis di dalam tubuh. Peradangan adalah respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, namun peradangan kronis dapat menjadi pemicu berbagai penyakit serius.
Youtube Video:
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa ekstrak pare dapat menekan produksi sitokin pro-inflamasi, sehingga berpotensi meredakan gejala kondisi seperti arthritis atau penyakit radang usus.
Efek ini menjadikan air rebusan pare sebagai suplemen yang menjanjikan untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan.
-
Mendukung Kesehatan Pencernaan
Air rebusan pare dapat berkontribusi pada kesehatan sistem pencernaan berkat kandungan serat dan senyawa pahitnya. Serat membantu melancarkan pergerakan usus, mencegah sembelit, dan mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam saluran pencernaan.
Rasa pahit pare juga dipercaya merangsang produksi enzim pencernaan dan empedu, yang penting untuk pemecahan lemak dan penyerapan nutrisi. Konsumsi rutin dapat membantu menjaga kesehatan mikrobioma usus dan meningkatkan efisiensi proses pencernaan.
-
Berpotensi Menurunkan Kadar Kolesterol
Beberapa studi menunjukkan bahwa pare dapat membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida dalam darah.
Efek ini dikaitkan dengan senyawa fitokimia tertentu yang dapat menghambat sintesis kolesterol di hati dan meningkatkan ekskresi kolesterol melalui feses. Penurunan kadar kolesterol ini penting untuk menjaga kesehatan kardiovaskular dan mengurangi risiko penyakit jantung koroner.
Meskipun demikian, air rebusan pare sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti obat penurun kolesterol tanpa konsultasi medis.
-
Membantu Penurunan Berat Badan
Air rebusan pare memiliki kalori yang rendah dan kaya serat, menjadikannya pilihan yang baik untuk mendukung program penurunan berat badan. Serat membantu menciptakan rasa kenyang lebih lama, mengurangi nafsu makan berlebihan, dan mencegah makan berlebihan.
Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pare dapat mempengaruhi metabolisme lemak dan karbohidrat, berpotensi mengurangi akumulasi lemak tubuh. Integrasi air rebusan pare dalam diet seimbang dapat menjadi strategi tambahan yang bermanfaat.
-
Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Kandungan vitamin C dan antioksidan lainnya dalam pare berperan penting dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh. Vitamin C adalah nutrisi esensial yang mendukung fungsi sel-sel kekebalan, seperti sel darah putih, dalam melawan infeksi.
Konsumsi air rebusan pare secara teratur dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit umum seperti flu dan pilek. Ini juga dapat membantu mempercepat proses pemulihan saat tubuh sedang sakit.
-
Mendukung Kesehatan Kulit
Antioksidan dan sifat anti-inflamasi dalam air rebusan pare dapat memberikan manfaat bagi kesehatan kulit. Antioksidan membantu melindungi sel-sel kulit dari kerusakan akibat radikal bebas dan polusi lingkungan, yang dapat menyebabkan penuaan dini dan masalah kulit.
Sifat anti-inflamasi juga dapat membantu meredakan kondisi kulit seperti jerawat, eksim, dan psoriasis. Konsumsi internal ini dapat mendukung kulit yang lebih sehat dan bercahaya dari dalam.
-
Potensi Sifat Antikanker
Penelitian in vitro dan pada hewan menunjukkan bahwa ekstrak pare memiliki potensi sifat antikanker.
Senyawa tertentu dalam pare, seperti cucurbitacins dan momordin, telah diteliti karena kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, menginduksi apoptosis (kematian sel terprogram) pada sel kanker, dan mencegah metastasis.
Meskipun hasil ini menjanjikan, penelitian lebih lanjut, terutama uji klinis pada manusia, sangat diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan pare sebagai terapi antikanker.
-
Melindungi Kesehatan Hati
Beberapa studi praklinis menunjukkan bahwa air rebusan pare dapat memiliki efek hepatoprotektif, yaitu melindungi hati dari kerusakan.
Senyawa antioksidan dalam pare dapat membantu mengurangi stres oksidatif pada sel-sel hati dan mengurangi peradangan, yang merupakan faktor penting dalam perkembangan penyakit hati.
Konsumsi pare secara teratur dapat mendukung fungsi hati yang optimal dan membantu dalam detoksifikasi tubuh. Namun, individu dengan kondisi hati yang sudah ada harus berkonsultasi dengan dokter.
-
Berpotensi Meredakan Gejala Asma
Meskipun bukan pengobatan utama, beberapa komponen dalam pare menunjukkan potensi untuk membantu meredakan gejala asma. Sifat anti-inflamasi dan anti-histaminik yang ditemukan pada ekstrak pare dapat membantu mengurangi peradangan pada saluran napas dan meredakan bronkospasme.
Ini dapat berkontribusi pada peningkatan fungsi paru-paru dan mengurangi frekuensi serangan asma. Namun, ini memerlukan penelitian lebih lanjut dan tidak boleh menggantikan terapi medis konvensional.
-
Membantu Penglihatan yang Sehat
Pare adalah sumber vitamin A yang baik, nutrisi penting untuk kesehatan mata dan penglihatan yang baik. Vitamin A berperan dalam pembentukan rhodopsin, pigmen yang ditemukan di retina dan penting untuk penglihatan dalam kondisi cahaya redup.
Konsumsi air rebusan pare secara teratur dapat membantu melindungi mata dari degenerasi makula terkait usia dan menjaga ketajaman penglihatan. Antioksidan juga melindungi mata dari kerusakan oksidatif.
-
Sifat Antimikroba
Ekstrak pare telah menunjukkan sifat antimikroba terhadap berbagai jenis bakteri dan jamur dalam studi laboratorium. Senyawa aktif dalam pare dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen, yang berpotensi membantu dalam pencegahan dan pengobatan infeksi tertentu.
Efek ini menjadikannya kandidat menarik untuk penelitian lebih lanjut dalam pengembangan agen antimikroba alami. Namun, aplikasi klinis pada manusia masih memerlukan validasi lebih lanjut.
-
Meredakan Nyeri dan Demam
Secara tradisional, pare telah digunakan untuk meredakan nyeri dan demam. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak pare memiliki sifat analgesik (penghilang nyeri) dan antipiretik (penurun demam) yang ringan.
Mekanisme kerjanya mungkin melibatkan penghambatan jalur peradangan dan modulasi respons nyeri tubuh. Meskipun demikian, efeknya mungkin bervariasi antar individu dan tidak sekuat obat-obatan farmasi yang spesifik.
-
Meningkatkan Kesehatan Tulang
Pare mengandung beberapa mineral penting seperti kalsium, magnesium, dan fosfor, yang semuanya krusial untuk menjaga kepadatan dan kekuatan tulang. Konsumsi nutrisi ini secara adekuat dapat membantu mencegah osteoporosis dan menjaga kesehatan tulang seiring bertambahnya usia.
Meskipun air rebusan pare mungkin tidak mengandung mineral sebanyak buah utuhnya, kontribusinya tetap dapat mendukung asupan mineral harian yang diperlukan.
-
Potensi Antiviral
Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa ekstrak pare mungkin memiliki aktivitas antiviral, terutama terhadap virus tertentu. Misalnya, beberapa studi in vitro telah meneliti potensi pare dalam menghambat replikasi virus herpes simplex dan HIV.
Senyawa dalam pare diduga mengganggu siklus hidup virus, meskipun mekanisme pastinya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Potensi ini membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut dalam pengembangan agen antiviral alami.
-
Membantu Proses Detoksifikasi
Air rebusan pare dapat mendukung proses detoksifikasi alami tubuh, terutama melalui perannya dalam meningkatkan fungsi hati dan ginjal. Hati adalah organ utama detoksifikasi, dan seperti yang disebutkan, pare dapat melindungi hati.
Selain itu, sifat diuretik ringan yang mungkin dimiliki pare dapat membantu ginjal membuang racun melalui urin. Proses ini berkontribusi pada pembersihan internal dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Implementasi air rebusan pare dalam manajemen kesehatan modern memerlukan pemahaman yang komprehensif mengenai interaksinya dengan kondisi medis yang ada dan obat-obatan farmasi.
Dalam konteks diabetes, misalnya, meskipun banyak bukti menunjukkan efek hipoglikemik pare, penggunaannya harus diawasi ketat. Pasien yang sudah mengonsumsi obat penurun gula darah mungkin mengalami hipoglikemia jika pare dikonsumsi bersamaan tanpa penyesuaian dosis obat.
Ini menggarisbawahi pentingnya konsultasi medis sebelum mengintegrasikan pare ke dalam regimen pengobatan.
Kasus-kasus di mana individu mengandalkan sepenuhnya pada pengobatan herbal seperti air rebusan pare untuk mengelola penyakit kronis tanpa pengawasan medis dapat menimbulkan risiko serius.
Sebagai contoh, seorang pasien diabetes yang hanya mengonsumsi air rebusan pare tanpa memantau kadar gula darahnya mungkin tidak mencapai kontrol glikemik yang adekuat, berpotensi memperburuk komplikasi jangka panjang.
Menurut Dr. Anita Sharma, seorang endokrinolog terkemuka, “Pare adalah suplemen yang menjanjikan, tetapi tidak pernah menjadi pengganti terapi insulin atau obat oral yang diresepkan untuk diabetes tipe 1 atau 2 yang parah.”
Pertimbangan lain adalah variabilitas kandungan senyawa aktif dalam pare, yang dapat dipengaruhi oleh faktor seperti varietas, kondisi pertumbuhan, dan metode preparasi.
Air rebusan dari pare yang berbeda mungkin memiliki potensi efek yang berbeda, membuat standardisasi dosis menjadi tantangan.
Ini menjadi isu krusial dalam konteks penelitian klinis dan rekomendasi dosis untuk pasien, karena kurangnya konsistensi dapat menghasilkan hasil yang tidak dapat diprediksi.
Di beberapa komunitas tradisional, air rebusan pare telah menjadi bagian integral dari diet harian dan praktik pengobatan. Namun, pengamatan ini seringkali bersifat anekdotal dan tidak selalu didukung oleh data klinis yang ketat.
Meskipun demikian, pengalaman turun-temurun ini memberikan dasar yang kuat untuk eksplorasi ilmiah lebih lanjut, memotivasi para peneliti untuk memvalidasi klaim-klaim tradisional melalui metode modern dan uji coba terkontrol.
Diskusi mengenai efek samping juga penting.
Meskipun umumnya dianggap aman bila dikonsumsi dalam jumlah sedang, konsumsi berlebihan air rebusan pare dapat menyebabkan efek samping seperti diare, kram perut, atau bahkan kerusakan hati pada kasus yang jarang.
Pasien dengan kondisi medis tertentu, seperti defisiensi G6PD, harus sangat berhati-hati karena pare dapat memicu anemia hemolitik. Pengetahuan tentang potensi risiko ini harus disampaikan secara jelas kepada masyarakat.
Peran air rebusan pare dalam konteks kesehatan preventif juga menarik untuk dibahas.
Bagi individu tanpa kondisi medis kronis, konsumsi pare dapat menjadi bagian dari diet sehat yang kaya antioksidan dan serat, membantu menjaga keseimbangan metabolisme dan mengurangi risiko penyakit di masa depan.
Pendekatan ini selaras dengan konsep pengobatan integratif yang menekankan gaya hidup sehat dan penggunaan suplemen alami sebagai bagian dari strategi pencegahan.
Terdapat juga perdebatan mengenai metode ekstraksi terbaik untuk pare. Apakah merebusnya dalam air adalah cara paling efisien untuk mendapatkan senyawa bioaktif?
Beberapa penelitian menyarankan bahwa metode lain, seperti ekstraksi metanol atau etanol, mungkin menghasilkan konsentrasi senyawa tertentu yang lebih tinggi.
Namun, air rebusan tetap menjadi metode yang paling sederhana dan mudah diakses untuk konsumsi rumahan, menjadikannya relevan bagi masyarakat umum.
Potensi pare sebagai agen pendukung dalam terapi kanker juga menjadi area penelitian yang berkembang pesat.
Meskipun hasil awal dari studi in vitro dan hewan menjanjikan, perlu ditekankan bahwa air rebusan pare tidak boleh dianggap sebagai obat kanker.
Menurut Dr. Li Wei, seorang peneliti fitokimia, “Senyawa dalam pare menunjukkan aktivitas antiproliferatif yang menarik di laboratorium, tetapi translasinya ke klinik sebagai agen antikanker yang berdiri sendiri masih jauh dan memerlukan penelitian klinis yang ekstensif.”
Terakhir, penting untuk mempertimbangkan aspek edukasi publik. Informasi yang akurat dan berbasis bukti tentang air rebusan pare harus disebarluaskan untuk mencegah misinformasi dan penggunaan yang tidak tepat.
Kampanye kesehatan masyarakat dapat memainkan peran penting dalam menjelaskan manfaat, risiko, dan batasan air rebusan pare, memastikan bahwa masyarakat dapat membuat keputusan yang terinformasi mengenai kesehatan mereka.
Tips Mengonsumsi Air Rebusan Pare
Untuk mendapatkan manfaat optimal dari air rebusan pare dan meminimalkan potensi efek samping, beberapa tips praktis dapat diterapkan dalam persiapannya.
-
Pilih Pare yang Segar
Pilihlah buah pare yang segar, hijau cerah, dan tidak ada tanda-tanda kerusakan atau pembusukan.
Pare yang lebih muda cenderung memiliki rasa pahit yang sedikit kurang intens dibandingkan pare yang lebih tua, yang mungkin lebih disukai bagi sebagian orang.
Kualitas bahan baku sangat mempengaruhi kandungan nutrisi dan rasa dari air rebusan yang dihasilkan, sehingga pemilihan pare yang baik menjadi langkah awal yang krusial.
-
Persiapan yang Tepat
Sebelum direbus, cuci bersih pare, buang bijinya, dan potong-potong sesuai selera. Beberapa orang memilih untuk mengikis bagian luar kulitnya untuk mengurangi rasa pahit, meskipun ini juga dapat mengurangi beberapa nutrisi.
Merebus pare dalam air selama 10-15 menit sudah cukup untuk mengekstrak sebagian besar senyawa bermanfaat tanpa merusak terlalu banyak nutrisi sensitif panas. Setelah itu, saring airnya dan biarkan dingin sebelum dikonsumsi.
-
Konsumsi dalam Batas Wajar
Meskipun air rebusan pare memiliki banyak manfaat, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti gangguan pencernaan atau interaksi dengan obat-obatan. Dianjurkan untuk memulai dengan porsi kecil, misalnya satu cangkir per hari, dan mengamati respons tubuh.
Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat disarankan, terutama bagi individu yang memiliki kondisi medis atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.
-
Perhatikan Rasa Pahit
Rasa pahit adalah ciri khas pare, dan ini seringkali menjadi penghalang bagi banyak orang.
Untuk mengurangi kepahitan, pare bisa direndam dalam air garam selama 15-30 menit sebelum direbus, atau bisa juga ditambahkan sedikit madu atau perasan lemon setelah air rebusan jadi.
Namun, perlu diingat bahwa beberapa senyawa bermanfaat mungkin juga berkontribusi pada rasa pahit tersebut, sehingga mengurangi pahit terlalu banyak bisa jadi mengurangi potensi manfaatnya.
-
Kombinasikan dengan Diet Seimbang
Air rebusan pare sebaiknya dilihat sebagai suplemen atau bagian dari diet sehat dan seimbang, bukan sebagai pengganti makanan utuh atau obat-obatan.
Untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang maksimal, pastikan asupan nutrisi lain juga terpenuhi dari berbagai sumber makanan.
Integrasi pare ke dalam gaya hidup sehat secara keseluruhan akan memberikan hasil yang lebih optimal dibandingkan hanya mengandalkan satu jenis makanan saja.
Penelitian mengenai efektivitas air rebusan pare, atau ekstrak pare secara umum, telah dilakukan dalam berbagai desain studi, mulai dari studi in vitro (uji laboratorium pada sel), in vivo (uji pada hewan), hingga uji klinis pada manusia.
Salah satu area penelitian yang paling menonjol adalah efek hipoglikemik pare.
Sebuah tinjauan sistematis dan meta-analisis yang diterbitkan dalam Complementary Therapies in Medicine pada tahun 2014 menganalisis beberapa uji klinis terkontrol pada manusia yang mengonsumsi pare untuk diabetes tipe 2.
Hasilnya menunjukkan potensi pare dalam menurunkan kadar glukosa darah puasa dan HbA1c, meskipun efeknya bervariasi dan tidak sekuat obat-obatan antidiabetik konvensional.
Dalam studi lain yang berfokus pada sifat antioksidan, sebuah penelitian dalam Food Chemistry pada tahun 2010 mengidentifikasi berbagai senyawa fenolik dan flavonoid dalam pare yang berkontribusi pada kapasitas antioksidannya.
Metode yang digunakan melibatkan ekstraksi senyawa dari pare dan pengujian aktivitas penangkal radikal bebas menggunakan berbagai assay biokimia.
Temuan ini mendukung penggunaan pare sebagai sumber antioksidan alami yang dapat melawan stres oksidatif dalam tubuh, meskipun studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami bioavailabilitas dan efek jangka panjang pada manusia.
Namun, tidak semua penelitian menghasilkan konsensus mutlak.
Beberapa studi, terutama uji klinis berskala kecil, menunjukkan efek yang kurang signifikan atau bahkan tidak ada efek pada parameter tertentu, seperti kadar kolesterol atau trigliserida, yang bertentangan dengan temuan dari studi in vitro atau hewan.
Perbedaan ini seringkali dikaitkan dengan heterogenitas populasi studi, dosis pare yang diberikan, durasi intervensi, dan metode preparasi ekstrak pare.
Misalnya, sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Agricultural and Food Chemistry pada tahun 2007 menemukan bahwa efek pare terhadap metabolisme lipid dapat bervariasi tergantung pada bagian tanaman yang digunakan dan metode pemrosesan.
Perdebatan juga muncul mengenai mekanisme kerja spesifik dari pare. Meskipun banyak senyawa telah diidentifikasi, interaksi kompleks antara senyawa-senyawa ini dan jalur biokimia dalam tubuh belum sepenuhnya dipahami.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa efek pare mungkin bersifat sinergis, di mana berbagai komponen bekerja bersama untuk menghasilkan efek yang lebih besar daripada efek masing-masing komponen secara individu.
Pendekatan metodologis yang lebih canggih, seperti metabolomik dan proteomik, diperlukan untuk mengungkap kompleksitas ini.
Selain itu, terdapat pandangan yang menentang penggunaan pare secara luas sebagai pengobatan mandiri.
Kritikus seringkali menyoroti kurangnya uji klinis skala besar, multisentris, dan double-blind yang memadai untuk mengkonfirmasi keamanan dan efikasi pare pada manusia dalam jangka panjang.
Mereka juga menekankan potensi interaksi obat dan efek samping, terutama pada dosis tinggi atau pada individu dengan kondisi medis tertentu.
Oleh karena itu, rekomendasi umum adalah menggunakan pare sebagai suplemen pendukung dan bukan sebagai pengganti terapi medis konvensional yang terbukti efektif.
Rekomendasi
Berdasarkan tinjauan ilmiah yang telah dipaparkan, air rebusan pare menunjukkan potensi manfaat kesehatan yang signifikan, terutama dalam konteks regulasi gula darah dan sebagai sumber antioksidan.
Namun, penggunaannya harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan informasi yang akurat.
Individu dengan kondisi medis kronis, terutama diabetes, harus selalu berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum mengintegrasikan air rebusan pare ke dalam regimen kesehatan mereka untuk menghindari interaksi obat atau efek samping yang tidak diinginkan.
Pemantauan kadar gula darah secara teratur sangat krusial bagi penderita diabetes yang mengonsumsi pare.
Untuk masyarakat umum yang ingin memanfaatkan air rebusan pare sebagai bagian dari gaya hidup sehat, disarankan untuk mengonsumsinya dalam jumlah moderat dan sebagai suplemen pelengkap diet seimbang yang kaya buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh.
Penting untuk menggunakan pare segar dan menerapkan metode persiapan yang higienis untuk memaksimalkan ekstraksi senyawa bermanfaat. Perhatikan respons tubuh setelah konsumsi dan hentikan penggunaan jika timbul efek samping yang tidak diinginkan.
Edukasi publik yang berkelanjutan mengenai manfaat dan batasan air rebusan pare sangat diperlukan untuk mempromosikan penggunaannya yang bertanggung jawab dan berbasis bukti.
Secara keseluruhan, air rebusan pare merupakan minuman tradisional yang kaya akan senyawa bioaktif dengan berbagai potensi manfaat kesehatan, mulai dari regulasi gula darah, aktivitas antioksidan, hingga dukungan kekebalan tubuh.
Bukti ilmiah yang ada, meskipun sebagian besar masih bersifat praklinis atau dari uji klinis awal, memberikan dasar yang kuat untuk klaim-klaim tradisional ini.
Namun, penting untuk mengakui bahwa air rebusan pare bukanlah obat ajaib dan tidak dapat menggantikan terapi medis konvensional untuk penyakit serius.
Masa depan penelitian harus berfokus pada uji klinis berskala besar dan terstandardisasi untuk mengkonfirmasi efikasi dan keamanan air rebusan pare pada populasi manusia yang lebih luas, serta untuk menentukan dosis optimal dan potensi interaksi obat.
Penelitian juga harus mengeksplorasi mekanisme kerja senyawa aktif secara lebih mendalam dan mengidentifikasi biomarker yang dapat memprediksi respons individu terhadap konsumsi pare.
Dengan pendekatan ilmiah yang ketat, potensi penuh dari air rebusan pare dapat dimanfaatkan secara aman dan efektif dalam mendukung kesehatan manusia.