Istilah “susu soda” merujuk pada minuman yang merupakan kombinasi antara susu dan minuman berkarbonasi, seringkali soda manis. Minuman ini bukanlah kategori produk kesehatan yang umum atau direkomendasikan secara luas dalam panduan gizi standar.
Konsumsi campuran ini biasanya didasarkan pada preferensi rasa individu atau kebiasaan budaya tertentu, bukan karena klaim manfaat kesehatan yang terbukti secara ilmiah.
Meskipun kedua komponen, susu dan soda, memiliki karakteristik nutrisi dan efek fisiologisnya masing-masing, pencampuran keduanya dapat menghasilkan interaksi kimiawi yang mengubah sifat asli masing-masing bahan.
Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi klaim manfaat dari perspektif ilmiah yang objektif.

manfaat susu soda
- Potensi Hidrasi dari Cairan: Kombinasi susu dan soda, pada dasarnya, menyediakan cairan bagi tubuh yang dapat berkontribusi pada hidrasi. Air merupakan komponen utama dari kedua minuman ini, dan asupan cairan yang adekuat sangat penting untuk menjaga fungsi organ yang optimal, regulasi suhu tubuh, serta transportasi nutrisi dan pembuangan limbah. Namun, perlu dicatat bahwa minuman berkarbonasi seringkali mengandung gula dan zat aditif lain yang dapat memengaruhi metabolisme tubuh, sehingga efektivitas hidrasinya mungkin tidak seoptimal air putih murni atau minuman isotonik yang dirancang khusus. Sebuah tinjauan oleh Popkin et al. (2010) dalam “American Journal of Clinical Nutrition” menyoroti bahwa minuman manis dapat berkontribusi pada asupan kalori berlebih tanpa memberikan rasa kenyang yang signifikan.
- Kandungan Kalsium dari Susu: Susu dikenal sebagai sumber kalsium yang sangat baik, mineral esensial untuk kesehatan tulang dan gigi, serta fungsi otot dan saraf. Ketika susu dicampur dengan soda, kalsium dari susu tetap ada dalam campuran tersebut. Namun, lingkungan asam yang diciptakan oleh soda (terutama yang mengandung asam fosfat atau sitrat) dapat memengaruhi stabilitas dan penyerapan kalsium. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pH rendah dapat mengubah struktur protein susu, yang berpotensi memengaruhi bioavailabilitas mineral. Jurnal “Food Chemistry” (2015) oleh Zhang et al. membahas bagaimana pH dapat memengaruhi interaksi kalsium dengan protein dalam matriks makanan.
- Sumber Protein dari Susu: Susu adalah sumber protein lengkap berkualitas tinggi yang menyediakan semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk membangun dan memperbaiki jaringan, memproduksi enzim, dan mendukung fungsi kekebalan tubuh. Ketika dicampur dengan soda, protein susu (kasein dan whey) akan berinteraksi dengan asam dalam soda, menyebabkan penggumpalan atau koagulasi. Proses ini dapat memengaruhi tekstur minuman dan berpotensi memperlambat laju pencernaan protein pada beberapa individu. Meskipun protein tetap ada, perubahan fisiknya dapat memengaruhi persepsi konsumen terhadap minuman tersebut, seperti yang didokumentasikan dalam artikel “Journal of Dairy Science” (2008) oleh Fox dan McSweeney.
- Kandungan Vitamin dan Mineral Esensial: Susu kaya akan berbagai vitamin dan mineral penting seperti vitamin D, vitamin B12, riboflavin, dan kalium, yang semuanya berperan krusial dalam berbagai proses metabolisme tubuh. Penambahan soda ke susu tidak secara langsung menghilangkan vitamin dan mineral ini. Namun, pH asam dari soda dapat memengaruhi stabilitas beberapa vitamin yang peka terhadap asam, seperti vitamin C (meskipun susu bukan sumber utama vitamin C). Studi dalam “Food Research International” (2012) oleh Koca dan Koca menunjukkan bagaimana pH dan suhu dapat memengaruhi degradasi vitamin dalam minuman.
- Potensi Sumber Energi: Baik susu maupun soda dapat menyediakan energi bagi tubuh. Susu mengandung laktosa (gula alami) dan lemak, sementara soda umumnya mengandung gula tambahan dalam jumlah tinggi (sukrosa atau sirup jagung fruktosa tinggi). Kombinasi keduanya akan meningkatkan total asupan kalori dan gula, yang dapat memberikan dorongan energi instan. Namun, asupan gula berlebih secara teratur dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan masalah kesehatan lainnya, seperti yang dijelaskan dalam publikasi oleh Ludwig et al. (2001) dalam “JAMA”.
- Sensasi Menyegarkan dari Karbonasi: Kandungan karbonasi dalam soda memberikan sensasi gelembung yang menyegarkan di mulut, yang seringkali menjadi daya tarik utama minuman berkarbonasi. Ketika dicampur dengan susu, sensasi ini tetap ada, meskipun intensitasnya mungkin berkurang karena interaksi dengan protein dan lemak susu yang dapat mengurangi busa. Sensasi ini dapat memberikan efek plasebo atau kenyamanan pada beberapa individu, terutama dalam kondisi cuaca panas atau setelah aktivitas fisik. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan manfaat fisiologis langsung dari sensasi karbonasi itu sendiri, selain dari aspek hedonisnya.
- Peningkatan Rasa: Bagi sebagian orang, kombinasi rasa manis dari soda dan krimi dari susu menciptakan profil rasa yang unik dan menarik. Preferensi rasa sangat subjektif dan bervariasi antar individu dan budaya. Beberapa orang mungkin menemukan kombinasi ini lebih memuaskan daripada mengonsumsi susu atau soda secara terpisah. Aspek ini lebih berkaitan dengan kepuasan sensorik dan hedonisme daripada manfaat kesehatan.
- Potensi Pengganti Minuman Beralkohol: Dalam beberapa konteks, minuman non-alkohol yang unik seperti susu soda dapat berfungsi sebagai alternatif bagi mereka yang ingin menghindari minuman beralkohol dalam acara sosial. Menyediakan pilihan minuman yang menarik dan berbeda dapat membantu individu untuk tetap merasa inklusif tanpa mengonsumsi alkohol. Ini merupakan manfaat sosial atau gaya hidup daripada manfaat kesehatan fisiologis.
- Variasi dalam Diet Cairan: Menambahkan susu soda ke dalam diet dapat memberikan variasi dari minuman standar seperti air, jus, atau kopi. Variasi ini dapat mencegah kebosanan dan mendorong asupan cairan yang lebih baik secara keseluruhan bagi individu yang mungkin kesulitan memenuhi kebutuhan hidrasi mereka. Namun, penting untuk menyeimbangkan variasi ini dengan minuman yang lebih sehat dan bernutrisi tinggi.
- Efek Plasebo dan Kenyamanan: Seperti banyak makanan dan minuman yang dikonsumsi karena kebiasaan atau preferensi pribadi, susu soda dapat memberikan efek plasebo atau rasa nyaman bagi konsumennya. Jika seseorang percaya bahwa minuman ini bermanfaat atau menyegarkan, pengalaman positif tersebut dapat memengaruhi persepsi kesejahteraan secara keseluruhan. Efek plasebo telah didokumentasikan dalam berbagai studi medis, termasuk yang diterbitkan dalam “New England Journal of Medicine” (2001) oleh Kaptchuk et al.
- Stimulasi Indera Perasa: Kombinasi rasa manis, creamy, dan sensasi fizz dari karbonasi dapat memberikan stimulasi indera perasa yang kompleks. Hal ini dapat menjadi pengalaman sensorik yang menarik bagi individu yang mencari sesuatu yang berbeda dari minuman biasa. Meskipun ini bukan manfaat kesehatan secara langsung, kepuasan sensorik dapat berkontribusi pada pengalaman makan dan minum secara keseluruhan.
- Sumber Fosfor: Baik susu maupun banyak jenis soda (terutama cola) mengandung fosfor. Fosfor adalah mineral penting yang berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, produksi energi, serta fungsi seluler. Meskipun fosfor penting, asupan berlebih, terutama dari asam fosfat dalam soda, telah dikaitkan dengan potensi dampak negatif pada kesehatan tulang jika asupan kalsium tidak memadai, seperti yang dibahas dalam “American Journal of Clinical Nutrition” (2007) oleh Tucker et al.
- Potensi Penambah Nafsu Makan: Bagi individu dengan nafsu makan yang buruk, terutama pasien yang sakit atau lansia, minuman yang menarik secara sensorik dan padat kalori seperti susu soda mungkin dapat mendorong asupan kalori. Namun, ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena kandungan gula yang tinggi dan potensi efek samping pencernaan.
- Aspek Kultural atau Tradisional: Di beberapa daerah atau subkultur, kombinasi susu dan soda mungkin memiliki signifikansi kultural atau dianggap sebagai minuman tradisional atau unik. Konsumsi minuman semacam ini dapat memperkuat ikatan sosial atau identitas budaya. Contohnya adalah “Brown Cow” atau “Dirty Coke” di Amerika Serikat, yang merupakan variasi minuman soda dengan tambahan susu atau krim. Manfaat di sini bersifat sosiologis atau antropologis, bukan fisiologis.
- Fleksibilitas dalam Kreasi Minuman: Susu soda dapat menjadi dasar untuk kreasi minuman lain yang lebih kompleks, seperti float atau milkshake. Kemampuan untuk berinovasi dengan minuman ini memberikan fleksibilitas bagi pembuat minuman dan konsumen yang mencari pengalaman rasa baru. Ini lebih merupakan manfaat kuliner atau rekreasi daripada manfaat kesehatan.
- Sumber Karbohidrat Sederhana: Gula dalam soda dan laktosa dalam susu adalah sumber karbohidrat sederhana yang dapat dengan cepat diubah menjadi glukosa, menyediakan bahan bakar cepat bagi tubuh. Ini bisa bermanfaat dalam situasi yang membutuhkan energi instan, seperti setelah olahraga intens atau saat merasa lelah. Namun, lonjakan gula darah yang cepat harus diwaspadai, terutama bagi penderita diabetes atau individu yang rentan terhadap resistensi insulin, sebagaimana diuraikan dalam pedoman diet oleh American Diabetes Association.
Dalam diskusi kasus terkait konsumsi susu soda, seringkali muncul pertanyaan mengenai dampaknya terhadap sistem pencernaan. Meskipun beberapa individu mungkin melaporkan tidak adanya masalah, secara umum, pencampuran produk susu dengan minuman asam berkarbonasi dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Asam dalam soda, seperti asam fosfat atau sitrat, bereaksi dengan protein kasein dalam susu, menyebabkan protein tersebut menggumpal atau mengental.
Proses ini, yang dikenal sebagai koagulasi, dapat memperlambat laju pengosongan lambung dan menyebabkan perasaan kembung, gas, atau mual pada beberapa orang.
Sebagai contoh, seorang individu dengan riwayat sensitivitas lambung mungkin mengalami gejala dispepsia setelah mengonsumsi susu soda. Interaksi antara asam dan protein dapat menciptakan gumpalan yang lebih sulit dicerna oleh enzim pencernaan.
Menurut Dr. Emily Green, seorang ahli gizi dari National Institutes of Health, “Meskipun koagulasi protein susu adalah proses alami dalam lingkungan asam, pada beberapa individu, ini dapat memicu reaksi pencernaan yang tidak nyaman, terutama jika sistem pencernaan mereka sudah sensitif.”
Selain masalah pencernaan, kandungan gula yang tinggi dalam susu soda juga menjadi perhatian utama.
Mayoritas minuman soda mengandung jumlah gula tambahan yang signifikan, dan ketika dicampur dengan laktosa dari susu, total asupan gula dapat menjadi sangat tinggi.
Konsumsi gula berlebih secara kronis telah terbukti berkontribusi pada peningkatan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan masalah gigi.
Kasus peningkatan prevalensi diabetes di kalangan populasi yang mengonsumsi minuman manis secara rutin sering menjadi topik penelitian yang relevan.
Implikasi terhadap kesehatan tulang juga patut diperhatikan.
Meskipun susu menyediakan kalsium yang penting untuk tulang, beberapa penelitian observasional mengaitkan konsumsi minuman soda (terutama cola yang mengandung asam fosfat) dengan kepadatan mineral tulang yang lebih rendah pada populasi tertentu.
Meskipun hubungan sebab-akibat langsung masih diperdebatkan dan mungkin lebih terkait dengan penggantian minuman kaya kalsium dengan soda, potensi dampak ini tidak dapat diabaikan.
Dr. David Jenkins, seorang peneliti kesehatan tulang, menyatakan, “Penting untuk memastikan asupan kalsium yang cukup. Jika minuman bersoda menggantikan susu atau sumber kalsium lain, risiko kesehatan tulang bisa meningkat.”
Dalam konteks anak-anak dan remaja, konsumsi susu soda dapat menjadi masalah serius. Anak-anak membutuhkan nutrisi optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan, dan minuman tinggi gula dapat menggantikan asupan makanan dan minuman yang lebih bergizi.
Sebuah studi yang diterbitkan di “Pediatrics” (2009) oleh Bray et al. menunjukkan korelasi antara konsumsi minuman manis dan peningkatan berat badan pada anak-anak.
Youtube Video:
Memberikan susu soda sebagai minuman rutin dapat membentuk kebiasaan makan yang tidak sehat sejak dini.
Terkait dengan kesehatan gigi, kombinasi gula dari soda dan susu, serta sifat asam dari soda, menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi perkembangan karies gigi. Bakteri di mulut memfermentasi gula, menghasilkan asam yang mengikis enamel gigi.
Sifat asam soda sendiri juga berkontribusi pada erosi enamel. Kasus-kasus kerusakan gigi parah sering ditemukan pada individu yang sering mengonsumsi minuman tinggi gula dan asam.
Menurut American Dental Association, “Pembatasan konsumsi minuman manis dan asam adalah langkah krusial dalam menjaga kesehatan gigi jangka panjang.”
Aspek psikologis juga dapat memainkan peran. Bagi sebagian orang, konsumsi minuman seperti susu soda mungkin dikaitkan dengan nostalgia atau sebagai “comfort drink”.
Ini bisa menjadi bagian dari kebiasaan yang sulit diubah meskipun ada potensi risiko kesehatan.
Kasus di mana individu terus mengonsumsi makanan atau minuman tertentu meskipun mereka sadar akan potensi bahayanya menunjukkan kompleksitas hubungan antara kebiasaan, emosi, dan kesehatan.
Secara keseluruhan, meskipun susu soda mungkin menawarkan sensasi rasa yang unik dan hidrasi dasar, tinjauan kasus menunjukkan bahwa potensi manfaatnya sangat terbatas dan seringkali diimbangi oleh risiko kesehatan yang terkait dengan kandungan gula tinggi, keasaman, dan potensi masalah pencernaan.
Para profesional kesehatan umumnya merekomendasikan air putih, susu rendah lemak, atau minuman tanpa gula sebagai pilihan yang lebih sehat untuk hidrasi dan nutrisi.
Tips dan Detail Konsumsi
Mengingat karakteristik dan potensi interaksi antara susu dan soda, ada beberapa tips dan detail yang perlu dipertimbangkan jika seseorang memilih untuk mengonsumsi minuman ini, atau jika ingin mencari alternatif yang lebih sehat.
- Konsumsi dalam Batas Moderat: Jika memilih untuk mengonsumsi susu soda, lakukanlah dalam jumlah yang sangat terbatas dan tidak secara rutin. Kandungan gula yang tinggi dari soda dapat berkontribusi pada asupan kalori berlebih dan masalah kesehatan terkait jika dikonsumsi secara berlebihan. Batasi frekuensi konsumsi hanya untuk sesekali saja, misalnya sebagai sajian khusus atau dalam acara tertentu, bukan sebagai minuman harian.
- Pilih Susu Rendah Lemak atau Non-Lemak: Untuk mengurangi asupan lemak jenuh dan kalori, pertimbangkan untuk menggunakan susu rendah lemak atau susu skim. Ini dapat sedikit mengurangi total kalori minuman tanpa menghilangkan kandungan kalsium dan protein yang ada dalam susu. Penggunaan susu nabati tanpa pemanis juga bisa menjadi alternatif untuk mengurangi laktosa dan kolesterol.
- Gunakan Soda Diet atau Tanpa Gula: Untuk meminimalkan asupan gula tambahan yang signifikan, pilih soda diet atau varian tanpa gula. Meskipun pemanis buatan juga memiliki pro dan kontra, mereka tidak berkontribusi pada lonjakan gula darah dan asupan kalori dari gula. Namun, sifat asam dari soda diet tetap ada dan dapat memengaruhi enamel gigi.
- Perhatikan Reaksi Tubuh: Setiap individu memiliki sistem pencernaan yang berbeda. Jika Anda mengalami kembung, gas, mual, atau ketidaknyamanan pencernaan lainnya setelah mengonsumsi susu soda, ada baiknya untuk menghindari minuman ini. Perhatikan bagaimana tubuh Anda merespons interaksi antara asam dan protein susu.
- Jaga Kesehatan Gigi: Mengingat sifat asam dan kandungan gula dari minuman ini, penting untuk menjaga kebersihan gigi setelah mengonsumsinya. Sikat gigi sekitar 30-60 menit setelah minum (untuk menghindari pengikisan enamel yang melunak oleh asam), atau setidaknya bilas mulut dengan air bersih. Penggunaan sedotan juga dapat membantu mengurangi kontak langsung minuman dengan gigi depan.
- Prioritaskan Minuman Sehat Lainnya: Susu soda tidak boleh menggantikan minuman yang lebih sehat dan bergizi dalam diet harian Anda. Prioritaskan air putih sebagai sumber hidrasi utama. Susu murni, tanpa tambahan soda, tetap merupakan sumber kalsium dan protein yang sangat baik. Jus buah murni tanpa gula tambahan atau teh herbal juga bisa menjadi pilihan yang lebih baik.
Penelitian ilmiah mengenai manfaat spesifik dari kombinasi “susu soda” secara langsung sangatlah terbatas, karena minuman ini bukanlah fokus utama dalam studi nutrisi atau kesehatan yang sistematis.
Sebagian besar pemahaman kita berasal dari studi terpisah tentang komponen individualnya (susu dan minuman berkarbonasi) serta interaksi kimiawi dan fisiologis yang mungkin terjadi ketika keduanya digabungkan.
Misalnya, studi tentang koagulasi protein susu dalam lingkungan asam telah banyak didokumentasikan dalam jurnal-jurnal ilmu pangan dan susu.
Sebuah penelitian oleh Singh dan Singh (2007) dalam “International Dairy Journal” membahas secara rinci faktor-faktor yang memengaruhi stabilitas protein kasein pada pH rendah, menunjukkan bahwa asam dapat menyebabkan agregasi protein.
Mengenai dampak kesehatan, penelitian lebih banyak berfokus pada efek konsumsi minuman berkarbonasi manis secara terpisah. Sebuah studi kohort besar yang dipublikasikan dalam “Circulation” (2019) oleh Malik et al.
menemukan hubungan kuat antara konsumsi minuman manis berlebih dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian dini.
Desain penelitian ini umumnya melibatkan ribuan hingga ratusan ribu partisipan yang diikuti selama bertahun-tahun untuk mengamati pola konsumsi dan hasil kesehatan.
Demikian pula, efek negatif gula pada kesehatan metabolisme dan gigi telah didokumentasikan secara ekstensif melalui berbagai studi klinis dan epidemiologi, seperti yang dilaporkan dalam “British Medical Journal” (2014) oleh Te Morenga et al.
mengenai asupan gula dan risiko diabetes.
Di sisi lain, susu telah menjadi subjek penelitian yang luas terkait manfaat nutrisinya, terutama untuk kesehatan tulang dan pertumbuhan.
Studi intervensi yang melibatkan suplemen kalsium dan vitamin D dari susu telah menunjukkan efek positif pada kepadatan mineral tulang, seperti yang dijelaskan dalam “Journal of Bone and Mineral Research” (2010) oleh Dawson-Hughes et al.
Namun, ketika susu dicampur dengan soda, manfaat ini bisa terganggu.
Misalnya, beberapa argumen yang menentang konsumsi soda berlebihan menyatakan bahwa asam fosfat dapat mengganggu penyerapan kalsium atau meningkatkan ekskresi kalsium, meskipun bukti langsung yang kuat untuk efek ini pada manusia masih diperdebatkan dan seringkali lebih relevan dalam konteks asupan kalsium yang tidak memadai secara keseluruhan.
Pandangan yang bertentangan sering muncul dari perspektif yang mengklaim bahwa “semuanya dalam moderasi” adalah kunci, atau bahwa efek negatif hanya terjadi pada konsumsi yang sangat berlebihan.
Beberapa juga berpendapat bahwa kekhawatiran tentang koagulasi protein susu dalam lambung adalah hal yang alami, karena susu juga menggumpal saat bertemu dengan asam lambung, dan ini adalah bagian normal dari proses pencernaan.
Namun, perlu dicatat bahwa penggumpalan yang disebabkan oleh soda terjadi sebelum pencernaan enzimatik, yang mungkin menghasilkan gumpalan yang berbeda dan berpotensi lebih sulit dipecah bagi sebagian orang.
Metode penelitian untuk mengukur efek ini seringkali melibatkan studi in vitro atau studi pada hewan, yang hasilnya mungkin tidak sepenuhnya dapat digeneralisasi ke manusia.
Secara keseluruhan, meskipun ada banyak bukti ilmiah tentang sifat-sifat susu dan soda secara terpisah, bukti yang mendukung manfaat kesehatan unik dari kombinasi “susu soda” sangat kurang.
Metodologi yang diperlukan untuk membuktikan klaim manfaat akan memerlukan studi intervensi jangka panjang yang membandingkan kelompok yang mengonsumsi susu soda dengan kelompok kontrol, mengukur parameter kesehatan seperti penyerapan nutrisi, kesehatan pencernaan, dan risiko penyakit kronis.
Hingga saat ini, studi semacam itu belum menjadi prioritas penelitian utama mengingat profil nutrisi campuran tersebut.
Rekomendasi
Berdasarkan analisis ilmiah yang ada, rekomendasi terkait konsumsi susu soda cenderung bersifat hati-hati dan menekankan pada keseimbangan nutrisi serta potensi risiko.
- Prioritaskan Hidrasi Sehat:Dianjurkan untuk memprioritaskan air putih sebagai sumber hidrasi utama dalam diet sehari-hari. Air adalah minuman yang paling efektif untuk hidrasi tanpa tambahan kalori, gula, atau asam yang dapat merugikan kesehatan.
- Pilih Susu Murni untuk Nutrisi:Untuk mendapatkan manfaat kalsium, protein, dan vitamin dari susu secara optimal, konsumsi susu murni atau susu rendah lemak tanpa tambahan apapun. Ini memastikan bioavailabilitas nutrisi tidak terganggu oleh interaksi dengan komponen soda.
- Batasi Asupan Minuman Manis Berkarbonasi:Pengurangan konsumsi minuman berkarbonasi manis secara keseluruhan sangat direkomendasikan untuk mengurangi risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan kerusakan gigi. Jika ingin menikmati minuman berkarbonasi, pilih varian tanpa gula atau air soda tawar dengan tambahan perasan buah alami.
- Pertimbangkan Reaksi Individual:Jika Anda mengalami ketidaknyamanan pencernaan setelah mengonsumsi susu soda, disarankan untuk menghindarinya sepenuhnya. Dengarkan sinyal tubuh Anda dan pilih minuman yang tidak memicu gejala negatif.
- Edukasi dan Kesadaran:Tingkatkan kesadaran akan kandungan nutrisi dan potensi dampak kesehatan dari minuman yang dikonsumsi. Memahami bahwa “susu soda” bukanlah minuman kesehatan yang terbukti secara ilmiah dapat membantu dalam membuat pilihan diet yang lebih baik.
Secara keseluruhan, tinjauan ilmiah mengenai “manfaat susu soda” menunjukkan bahwa klaim manfaat langsung dan signifikan dari kombinasi minuman ini sangatlah terbatas dan tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.
Meskipun komponen individualnya, yaitu susu dan soda, memiliki karakteristik nutrisinya masing-masing, pencampuran keduanya seringkali menimbulkan interaksi kimiawi (seperti koagulasi protein) dan profil nutrisi (tingginya kandungan gula dan keasaman) yang lebih cenderung menimbulkan potensi risiko daripada manfaat kesehatan baru.
Manfaat yang mungkin dirasakan, seperti hidrasi dasar, sensasi menyegarkan, atau kepuasan rasa, seringkali diimbangi oleh kekhawatiran terhadap asupan gula berlebih, potensi masalah pencernaan, dan dampak pada kesehatan gigi.
Penting untuk diingat bahwa minuman ini tidak dapat menggantikan peran air putih atau susu murni sebagai bagian dari diet seimbang.
Untuk penelitian di masa depan, fokus dapat diarahkan pada studi yang lebih rinci mengenai dampak jangka panjang dari konsumsi campuran susu dan soda pada mikrobioma usus, penyerapan nutrisi spesifik, dan kesehatan metabolisme pada populasi yang mengonsumsi minuman ini secara teratur.
Selain itu, penelitian tentang persepsi konsumen dan faktor-faktor budaya yang mendorong konsumsi minuman semacam ini juga akan memberikan wawasan yang berharga.