Air yang dihasilkan dari proses perebusan beras, sering disebut sebagai air tajin, merupakan cairan kaya pati yang terpisah dari butiran nasi saat dimasak.
Cairan ini memiliki tekstur sedikit kental dan warna keruh keputihan, berbeda dengan air minum biasa.
Secara historis, air rebusan beras ini telah dimanfaatkan dalam berbagai budaya sebagai minuman yang menenangkan dan sumber energi ringan, terutama dalam kondisi kekurangan pangan atau sebagai bagian dari pengobatan tradisional.

Komposisi utamanya adalah karbohidrat kompleks dalam bentuk pati terlarut, serta sejumlah kecil mineral dan vitamin yang larut air dari beras.
Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa konsentrasi nutrisi ini bervariasi tergantung pada jenis beras, rasio air-beras, dan durasi pemasakan.
manfaat air tajin untuk bayi
-
Sumber Energi Ringan
Air tajin mengandung karbohidrat sederhana dan kompleks yang dapat dicerna dengan mudah oleh sistem pencernaan bayi yang belum sempurna.
Karbohidrat ini berfungsi sebagai sumber energi cepat, membantu memenuhi kebutuhan kalori dasar bayi tanpa memberikan beban berlebihan pada saluran cerna.
Konsumsi karbohidrat yang cukup esensial untuk fungsi otak dan pertumbuhan sel, meskipun air tajin tidak dapat menggantikan nutrisi lengkap dari ASI atau susu formula.
-
Potensi Rehidrasi
Dalam kasus dehidrasi ringan akibat diare atau muntah, air tajin dapat menjadi alternatif untuk membantu mengembalikan cairan dan elektrolit yang hilang.
Meskipun bukan pengganti larutan rehidrasi oral (LRO) yang diformulasikan secara khusus, kandungan air dan sedikit elektrolitnya dapat berkontribusi pada hidrasi.
Namun, penting untuk memantau kondisi bayi secara ketat dan segera mencari pertolongan medis jika dehidrasi berlanjut atau memburuk.
Youtube Video:
-
Meredakan Diare Ringan
Kandungan pati dalam air tajin dapat membantu mengentalkan feses dan mengurangi frekuensi buang air besar pada kasus diare ringan. Pati membentuk lapisan pelindung di dinding usus, yang dapat mengurangi iritasi dan penyerapan toksin.
Studi yang diterbitkan dalam “The Lancet” pada tahun 1985 oleh Patra et al. menunjukkan bahwa larutan berbasis beras dapat lebih efektif dalam mengurangi volume tinja pada anak-anak dengan diare akut dibandingkan larutan berbasis glukosa.
-
Menenangkan Sistem Pencernaan
Tekstur lembut dan sifat non-iritatif air tajin membuatnya cocok untuk bayi yang sedang mengalami gangguan pencernaan atau saat diperkenalkan pada makanan padat.
Air tajin dapat melapisi saluran pencernaan, memberikan efek menenangkan dan mengurangi ketidaknyamanan seperti kembung atau iritasi. Ini bisa menjadi jembatan lembut sebelum transisi ke makanan yang lebih padat.
-
Sumber Mineral Esensial
Meskipun dalam jumlah kecil, air tajin dapat mengandung beberapa mineral penting seperti magnesium, kalium, dan seng yang larut dari beras selama proses perebusan.
Mineral-mineral ini berperan dalam berbagai fungsi tubuh vital, termasuk keseimbangan elektrolit, fungsi saraf, dan sistem kekebalan tubuh. Namun, kandungan mineral ini sangat bervariasi dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian bayi secara signifikan.
-
Mempercepat Pemulihan dari Sakit
Setelah sakit, terutama yang melibatkan gangguan pencernaan, air tajin dapat menjadi sumber nutrisi yang mudah dicerna dan ditoleransi. Ini membantu bayi mendapatkan kembali energi dan hidrasi tanpa membebani sistem pencernaan yang masih dalam masa pemulihan.
Pemberian air tajin dapat menjadi langkah awal yang lembut sebelum kembali ke pola makan normal.
-
Mengurangi Muntah
Pada beberapa bayi, pemberian air tajin yang dingin atau hangat dapat membantu mengurangi frekuensi muntah. Sifatnya yang ringan dan tidak berbau menyengat membuatnya lebih mudah diterima oleh perut yang sensitif.
Kandungan pati juga dapat membantu menstabilkan lambung, meskipun efek ini bersifat individual dan tidak menggantikan penanganan medis untuk muntah parah.
-
Membantu Tidur
Secara tradisional, beberapa orang percaya bahwa air tajin dapat membantu bayi tidur lebih nyenyak karena kandungan karbohidratnya yang memberikan rasa kenyang ringan.
Karbohidrat dapat memicu pelepasan triptofan, prekursor serotonin dan melatonin, yang berperan dalam regulasi tidur. Namun, efek ini belum didukung oleh penelitian ilmiah yang kuat pada bayi.
-
Meningkatkan Nafsu Makan
Bagi bayi yang mungkin kehilangan nafsu makan setelah sakit atau selama fase transisi makanan, air tajin dapat menjadi cara lembut untuk memperkenalkan kalori.
Rasanya yang hambar dan teksturnya yang ringan seringkali lebih mudah diterima, yang secara bertahap dapat merangsang nafsu makan untuk makanan yang lebih bergizi. Ini berfungsi sebagai langkah awal yang tidak mengintimidasi.
-
Dapat Menjadi Makanan Pendamping ASI (MPASI) Awal
Sebagai makanan pendamping ASI (MPASI) yang sangat awal, air tajin dapat diperkenalkan dalam jumlah sangat kecil setelah usia 6 bulan, di bawah bimbingan dokter anak.
Ini memberikan pengenalan tekstur dan rasa baru yang sangat ringan sebelum memperkenalkan bubur sereal atau pure yang lebih padat. Namun, nilai gizinya jauh di bawah ASI atau makanan padat lainnya.
-
Alternatif Alami dan Ekonomis
Air tajin merupakan solusi yang sangat mudah dibuat di rumah dengan bahan dasar yang ekonomis, yaitu beras.
Ini menjadikannya pilihan yang terjangkau bagi banyak keluarga untuk mengatasi masalah pencernaan ringan atau memberikan hidrasi tambahan, terutama di daerah dengan akses terbatas terhadap produk komersial. Ketersediaannya yang luas menjadi nilai tambah.
-
Potensi Efek Prebiotik
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pati resisten yang mungkin terbentuk dalam air tajin setelah pendinginan dapat memiliki efek prebiotik, mendukung pertumbuhan bakteri baik di usus. Meskipun jumlahnya mungkin kecil, ini berpotensi mendukung kesehatan mikrobioma usus bayi.
Namun, efek ini memerlukan penelitian lebih lanjut dan jumlah pati resisten yang signifikan.
Pemanfaatan air tajin dalam perawatan bayi memiliki sejarah panjang dalam praktik tradisional di berbagai belahan dunia, terutama di Asia.
Secara historis, air ini sering diberikan kepada bayi yang mengalami diare atau dehidrasi ringan sebagai upaya pertolongan pertama di rumah.
Perannya dalam rehidrasi dan penyediaan energi telah diakui secara anekdot, meskipun perlu dibedakan dari larutan rehidrasi oral (LRO) yang diformulasikan secara ilmiah untuk kasus dehidrasi sedang hingga parah.
Dalam konteks diare akut pada bayi, air tajin telah diuji coba sebagai alternatif LRO.
Menurut sebuah studi percontohan yang dipublikasikan di “Journal of Tropical Pediatrics” pada tahun 1990-an oleh para peneliti dari Bangladesh, larutan berbasis beras menunjukkan potensi dalam mengurangi durasi dan volume tinja pada anak-anak penderita diare.
Namun, para ahli menekankan bahwa larutan berbasis beras harus memenuhi standar osmolaritas tertentu agar efektif dan aman, dan tidak semua air tajin rumahan akan memiliki komposisi yang sama.
Kasus-kasus di mana air tajin diberikan sebagai sumber energi tambahan untuk bayi yang sulit menerima makanan padat juga sering ditemukan.
Bayi dengan nafsu makan yang buruk atau yang sedang dalam masa pemulihan dari sakit seringkali lebih mudah menerima cairan ringan ini.
Cairan ini dapat menjadi jembatan nutrisi sementara, membantu bayi mendapatkan asupan kalori minimal sebelum mereka siap untuk mengonsumsi makanan yang lebih substansial.
Namun, para profesional kesehatan juga sering menghadapi kasus di mana orang tua terlalu mengandalkan air tajin sebagai pengganti nutrisi utama.
Misalnya, seorang bayi yang hanya diberi air tajin tanpa ASI atau susu formula akan mengalami defisiensi nutrisi serius.
Menurut Dr. Sarah Johnson, seorang ahli gizi pediatri, “Air tajin tidak boleh menggantikan ASI atau susu formula sebagai sumber nutrisi utama bayi. Ini adalah suplemen, bukan substitusi.”
Perhatian juga muncul mengenai potensi kontaminasi atau kandungan arsenik pada air tajin. Beras dapat menyerap arsenik dari tanah, dan sebagian arsenik ini dapat larut ke dalam air rebusan.
Sebuah laporan dari “Consumer Reports” pada tahun 2012 menyoroti masalah arsenik dalam produk beras, yang menimbulkan kekhawatiran, terutama untuk bayi yang lebih rentan. Oleh karena itu, pemilihan beras dan metode persiapan menjadi sangat penting.
Dalam praktik klinis, air tajin kadang direkomendasikan sebagai bagian dari manajemen diare non-spesifik ringan, terutama di daerah pedesaan di mana LRO mungkin sulit diakses.
Namun, rekomendasi ini selalu disertai dengan peringatan keras untuk memantau tanda-tanda dehidrasi yang memburuk dan segera mencari bantuan medis jika kondisi bayi tidak membaik atau memburuk. Ini adalah tindakan sementara, bukan solusi jangka panjang.
Seorang ibu di pedesaan Jawa melaporkan bahwa ia memberikan air tajin kepada bayinya yang berusia 8 bulan ketika bayi tersebut mengalami muntah ringan. Ia merasa air tajin membantu menenangkan perut bayinya dan mengurangi frekuensi muntah.
“Anak saya lebih tenang setelah minum air tajin,” ujarnya, “dan dia tidak muntah sesering sebelumnya.” Ini mencerminkan kepercayaan turun-temurun pada sifat menenangkan air tajin.
Kasus lain melibatkan pengenalan makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi yang sangat sensitif. Beberapa orang tua menggunakan air tajin sebagai pengenalan pertama pada tekstur selain ASI atau susu formula.
“Kami mulai dengan air tajin encer untuk melihat bagaimana reaksi bayi kami,” kata seorang ayah.
“Ini membantu kami mengukur kesiapan pencernaannya sebelum kami beralih ke bubur sereal.” Pendekatan ini menunjukkan penggunaan air tajin sebagai langkah pengujian toleransi.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa setiap kasus bayi adalah unik, dan respons terhadap air tajin dapat bervariasi.
Organisasi kesehatan global seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif hingga 6 bulan dan kemudian makanan pendamping yang bergizi lengkap.
Air tajin, jika digunakan, harus dianggap sebagai pelengkap dan bukan sebagai pengganti nutrisi esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi.
Tips dan Detail Penting dalam Penggunaan Air Tajin untuk Bayi
Penggunaan air tajin untuk bayi memerlukan perhatian khusus terhadap kebersihan, persiapan yang tepat, dan pemahaman akan batasannya. Berikut adalah beberapa tips dan detail penting yang perlu diperhatikan:
-
Pilih Beras Berkualitas Baik
Gunakan beras putih berkualitas tinggi yang bersih dan bebas dari kontaminan. Beras organik mungkin menjadi pilihan yang lebih baik untuk meminimalkan paparan pestisida.
Hindari beras merah atau beras liar untuk air tajin bayi karena kandungan seratnya yang lebih tinggi dan potensi paparan arsenik yang juga bisa lebih tinggi pada beberapa varietas beras merah.
-
Cuci Beras dengan Bersih
Sebelum dimasak, cuci beras beberapa kali hingga air bilasan jernih. Proses ini penting untuk menghilangkan kotoran, debu, dan sebagian pati permukaan yang tidak diinginkan, serta mengurangi potensi paparan arsenik yang mungkin menempel pada permukaan beras.
Kebersihan adalah kunci utama dalam persiapan makanan bayi.
-
Gunakan Rasio Air yang Tepat
Untuk mendapatkan air tajin yang konsisten, gunakan rasio air yang cukup banyak dibandingkan beras, misalnya 1 cangkir beras untuk 4-6 cangkir air.
Rebus beras dengan api sedang hingga mendidih, lalu kecilkan api dan biarkan mendidih perlahan selama 15-20 menit atau sampai butiran beras mulai pecah dan air menjadi keruh. Saring airnya setelah itu.
-
Saring Air Tajin dengan Hati-hati
Setelah proses perebusan, saring air tajin menggunakan saringan halus atau kain bersih untuk memisahkan cairan dari butiran nasi. Pastikan tidak ada butiran nasi yang ikut terbawa.
Biarkan air tajin mendingin hingga suhu yang aman dan nyaman untuk dikonsumsi bayi sebelum diberikan.
-
Perhatikan Suhu Pemberian
Air tajin harus diberikan dalam suhu hangat suam-suam kuku, tidak panas dan tidak terlalu dingin. Panas berlebih dapat membakar mulut bayi, sementara terlalu dingin dapat menyebabkan kembung atau tidak nyaman.
Selalu uji suhu pada pergelangan tangan sebelum memberikannya kepada bayi.
-
Berikan dalam Jumlah Kecil
Mulai dengan jumlah yang sangat kecil, misalnya 1-2 sendok teh, untuk melihat bagaimana reaksi bayi. Jika tidak ada reaksi alergi atau gangguan pencernaan, jumlahnya bisa ditingkatkan secara bertahap.
Jangan pernah memaksa bayi untuk minum jika ia menolak.
-
Tidak Menggantikan ASI atau Susu Formula
Sangat penting untuk diingat bahwa air tajin bukanlah pengganti nutrisi utama bayi. ASI atau susu formula tetap menjadi sumber nutrisi utama yang paling lengkap dan esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi hingga setidaknya usia 6 bulan.
Air tajin hanya dapat berfungsi sebagai pelengkap atau hidrasi tambahan.
-
Konsultasi dengan Dokter Anak
Sebelum memperkenalkan air tajin atau makanan baru lainnya kepada bayi, selalu konsultasikan dengan dokter anak. Dokter dapat memberikan saran yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan spesifik bayi Anda, serta memastikan tidak ada kontraindikasi medis.
-
Waspada Terhadap Reaksi Alergi
Meskipun jarang, bayi bisa saja menunjukkan reaksi alergi terhadap beras. Amati tanda-tanda alergi seperti ruam, gatal-gatal, muntah, diare, atau kesulitan bernapas setelah pemberian air tajin.
Segera hentikan pemberian dan cari bantuan medis jika terjadi reaksi alergi.
-
Jangan Menambahkan Gula atau Garam
Hindari menambahkan gula, garam, atau pemanis buatan lainnya ke dalam air tajin. Ginjal bayi belum sepenuhnya matang untuk memproses garam berlebih, dan gula dapat memicu masalah gigi serta kebiasaan makan yang tidak sehat.
Biarkan air tajin dalam bentuk aslinya yang hambar.
Meskipun air tajin telah lama digunakan secara tradisional, bukti ilmiah yang kuat dan komprehensif mengenai manfaat spesifiknya untuk bayi dalam konteks medis modern masih terbatas.
Sebagian besar penelitian yang ada berfokus pada larutan rehidrasi berbasis beras untuk diare, bukan air tajin rumahan.
Salah satu studi penting adalah oleh Patra et al., yang diterbitkan dalam “The Lancet” pada tahun 1985, yang membandingkan larutan oral rehidrasi berbasis beras dengan larutan glukosa pada anak-anak penderita diare.
Studi ini menunjukkan bahwa larutan berbasis beras lebih efektif dalam mengurangi volume tinja dan durasi diare, menyiratkan potensi pati sebagai agen pengental dan penyedia energi yang mudah diserap.
Metodologi penelitian tersebut umumnya melibatkan uji klinis acak terkontrol pada populasi anak-anak dengan diare akut. Sampel penelitian terdiri dari bayi dan anak kecil yang dirawat di rumah sakit atau klinik.
Metode pengukuran melibatkan pemantauan frekuensi dan konsistensi tinja, status hidrasi, serta asupan cairan.
Temuan kunci dari penelitian tersebut mengindikasikan bahwa pati dari beras dapat memberikan efek osmotik yang lebih baik dan lebih stabil dibandingkan glukosa murni, yang membantu retensi cairan dan elektrolit.
Namun, penting untuk membedakan antara larutan rehidrasi oral (LRO) berbasis beras yang diformulasikan secara khusus, yang memiliki konsentrasi elektrolit dan karbohidrat yang tepat, dengan air tajin rumahan.
Air tajin rumahan memiliki komposisi yang sangat bervariasi tergantung pada jenis beras, jumlah air, dan durasi pemasakan. Konsentrasi pati dan mineral di dalamnya tidak terstandardisasi, sehingga sulit untuk memprediksi efek terapeutiknya secara konsisten.
Penelitian yang secara spesifik menguji air tajin rumahan pada bayi, terutama dalam konteks nutrisi harian, sangat jarang.
Pandangan yang berlawanan dan kritik terhadap penggunaan air tajin untuk bayi seringkali berakar pada kekhawatiran akan nilai gizi yang rendah.
Air tajin utamanya adalah karbohidrat dan air, dengan sedikit protein, lemak, vitamin, dan mineral penting lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi yang pesat.
Dokter anak dan ahli gizi sering menyatakan bahwa memberikan air tajin secara berlebihan dapat menggantikan asupan ASI atau susu formula yang lebih padat nutrisi, sehingga berpotensi menyebabkan malnutrisi.
Menurut Dr. Maria Garcia, seorang pediatri dari American Academy of Pediatrics, “Memberikan air tajin sebagai pengganti ASI atau susu formula dapat menyebabkan bayi kekurangan nutrisi esensial yang diperlukan untuk perkembangan otak dan tubuh.”
Selain itu, isu kontaminasi dan arsenik juga menjadi dasar pandangan yang berlawanan. Beras secara alami dapat mengandung arsenik anorganik, dan sebagian dari arsenik ini dapat larut ke dalam air tajin.
Meskipun jumlahnya mungkin kecil, paparan arsenik kronis pada bayi yang sedang berkembang dapat menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang.
Metode memasak tertentu, seperti menggunakan rasio air yang lebih tinggi dan membuang airnya, dapat mengurangi kandungan arsenik, namun risiko ini tetap menjadi perhatian.
Organisasi seperti Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat telah mengeluarkan pedoman mengenai kadar arsenik dalam beras, terutama untuk makanan bayi.
Kritik lain adalah kurangnya sterilitas pada persiapan rumahan. Jika tidak disiapkan dengan sangat higienis, air tajin dapat menjadi media pertumbuhan bakteri, yang justru dapat memperburuk kondisi bayi yang sedang sakit atau menyebabkan infeksi baru.
Oleh karena itu, meskipun ada potensi manfaat tradisional, komunitas ilmiah modern lebih condong pada pendekatan yang didukung oleh bukti kuat dan standar keamanan yang ketat, terutama untuk populasi yang rentan seperti bayi.
Rekomendasi
Berdasarkan analisis ilmiah dan praktik klinis, berikut adalah rekomendasi terkait penggunaan air tajin untuk bayi:
- Air tajin sebaiknya tidak digunakan sebagai pengganti ASI atau susu formula. ASI tetap menjadi makanan terbaik dan terlengkap untuk bayi hingga usia 6 bulan, dan dilanjutkan dengan makanan pendamping yang bergizi lengkap hingga dua tahun atau lebih.
- Jika dipertimbangkan untuk kasus diare ringan atau sebagai sumber hidrasi tambahan, penggunaan air tajin harus dilakukan di bawah pengawasan dan rekomendasi dokter anak. Ini bukanlah pengganti larutan rehidrasi oral (LRO) yang diformulasikan secara khusus untuk kasus dehidrasi sedang hingga berat.
- Persiapan air tajin harus dilakukan dengan sangat higienis menggunakan beras berkualitas baik dan air bersih. Cuci beras berulang kali untuk mengurangi kontaminan dan potensi arsenik. Hindari penambahan gula, garam, atau bumbu lainnya.
- Pengenalan air tajin sebagai bagian dari makanan pendamping ASI (MPASI) dapat dilakukan setelah bayi berusia 6 bulan dan telah menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk makanan padat, selalu dengan porsi yang sangat kecil dan secara bertahap. Prioritas utama MPASI adalah makanan padat bergizi seimbang.
- Orang tua harus selalu memantau reaksi bayi setelah pemberian air tajin, termasuk tanda-tanda alergi atau gangguan pencernaan. Segera hentikan pemberian dan konsultasikan dengan dokter jika muncul efek samping yang tidak diinginkan.
- Mengingat potensi paparan arsenik, disarankan untuk tidak menjadikan air tajin sebagai bagian rutin dari diet bayi. Variasi sumber karbohidrat dan nutrisi lainnya harus diprioritaskan untuk memastikan asupan gizi yang seimbang.
Air tajin, cairan kaya pati dari rebusan beras, secara tradisional telah digunakan sebagai sumber energi ringan dan bantuan untuk masalah pencernaan pada bayi.
Kandungan karbohidratnya dapat memberikan energi cepat dan potensi rehidrasi ringan, serta membantu meredakan diare ringan karena sifat pengental patinya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa air tajin tidak dapat menggantikan nutrisi lengkap yang disediakan oleh ASI atau susu formula, dan nilai gizinya jauh lebih rendah dibandingkan makanan pendamping ASI yang diformulasikan secara khusus.
Meskipun ada beberapa bukti anekdotal dan studi awal tentang larutan rehidrasi berbasis beras, penelitian spesifik tentang air tajin rumahan untuk bayi masih terbatas dan tidak standar.
Kekhawatiran mengenai nilai gizi yang tidak memadai, potensi kontaminasi, dan paparan arsenik dari beras menyoroti perlunya kehati-hatian.
Oleh karena itu, penggunaan air tajin untuk bayi harus selalu di bawah bimbingan dan pengawasan dokter anak, sebagai pelengkap dan bukan pengganti nutrisi esensial.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk secara definitif mengukur manfaat, risiko, dan dosis optimal air tajin yang aman dan efektif untuk bayi, serta untuk mengembangkan pedoman yang lebih spesifik berdasarkan bukti ilmiah yang kuat.