Temukan Relawan Solmet Diperiksa Polisi Terkait Tudingan Ijazah Palsu Jokowi, Kasus Semakin Memanas menuju titik terang

Sabtu, 31 Mei 2025 oleh jurnal

Temukan Relawan Solmet Diperiksa Polisi Terkait Tudingan Ijazah Palsu Jokowi, Kasus Semakin Memanas menuju titik terang

Relawan Solmet Dimintai Keterangan Polisi Terkait Tudingan Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi

Kasus dugaan ijazah palsu yang menyeret nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus bergulir. Kali ini, sejumlah relawan yang tergabung dalam Solidaritas Merah Putih (Solmet) menjalani pemeriksaan di Polres Metro Jakarta Selatan sebagai pelapor dalam kasus tersebut.

Ketua Solmet, Silfester Matutina, mengungkapkan bahwa dirinya telah diperiksa selama hampir tiga jam. "Tadi saya diperiksa hampir tiga jam dan ada sekitar 40 pertanyaan yang saya jawab dengan sepengetahuan saya soal apa yang terjadi," ujarnya kepada awak media di Polres Metro Jakarta Selatan, Rabu (28/5/2025), seperti dikutip dari Antara.

Pemeriksaan tersebut berlangsung dari pukul 13.00 hingga 16.00 WIB. Penyidik fokus menggali informasi seputar laporan yang mereka ajukan, khususnya terkait dugaan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Roy Suryo.

Dalam kasus ini, Roy Suryo menjadi salah satu pihak yang dilaporkan oleh Solmet. Salah satu poin penting yang ditanyakan penyidik adalah mengenai tudingan 'ijazah palsu Jokowi' yang dilontarkan Roy Suryo saat menjadi narasumber di sebuah acara televisi swasta.

"Seputar waktu tuduhan Saudara RS di salah satu program TV," jelas Silfester.

Silfester menjelaskan bahwa saat itu, ada enam orang yang diundang sebagai narasumber dalam program tersebut, termasuk dirinya dan Roy Suryo. Menurutnya, Roy Suryo secara terbuka menuding ijazah Jokowi palsu tanpa memberikan bukti yang mendukung tudingannya.

"Intinya bahwa Saudara RS menuduh Pak Jokowi ijazahnya palsu, tapi Saudara RS tidak mempunyai bukti-bukti atas tuduhan itu," tegasnya.

Sebelumnya, Roy Suryo dan pihak-pihak terkait lainnya telah dilaporkan oleh Advocate Public Defender ke Polres Metro Jakarta Selatan pada Selasa (13/5) atas dugaan pelanggaran Pasal 160 KUHP tentang penghasutan.

Simak Juga: Roy Suryo Kritik Hasil Uji Lab Ijazah Jokowi: Abal-abal

Di era digital ini, informasi mudah sekali menyebar. Sayangnya, tidak semua informasi itu benar. Yuk, simak tips berikut agar kita bisa lebih bijak dalam menanggapi informasi yang beredar:

1. Selalu Verifikasi Sumber Informasi - Sebelum mempercayai atau menyebarkan sebuah informasi, pastikan sumbernya kredibel. Cek apakah sumber tersebut memiliki reputasi yang baik dan seringkali menyajikan informasi yang akurat. Contohnya, hindari mempercayai berita dari blog atau website yang tidak jelas identitasnya.

Gunakan mesin pencari seperti Google untuk mencari tahu lebih lanjut tentang sumber informasi tersebut. Apakah ada catatan negatif atau ulasan buruk tentang sumber tersebut?

2. Cek Fakta Informasi - Banyak situs web dan organisasi yang didedikasikan untuk melakukan pengecekan fakta. Manfaatkan sumber-sumber ini untuk memverifikasi kebenaran informasi yang Anda temukan. Contohnya, jika Anda menemukan klaim tentang kesehatan, periksa situs web dari organisasi kesehatan terpercaya seperti WHO atau Kementerian Kesehatan.

Situs pengecekan fakta seperti Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) dan CekFakta.com bisa menjadi referensi yang baik untuk memverifikasi informasi.

3. Berpikir Kritis Sebelum Berbagi - Jangan langsung percaya dan menyebarkan informasi yang Anda terima. Luangkan waktu sejenak untuk berpikir kritis dan mempertimbangkan apakah informasi tersebut masuk akal dan konsisten dengan pengetahuan Anda. Contohnya, jika Anda menerima informasi tentang konspirasi yang terdengar aneh, cobalah mencari bukti yang mendukung atau membantah klaim tersebut.

Tanyakan pada diri sendiri: Apakah informasi ini emosional? Apakah ada agenda tersembunyi di balik informasi ini?

4. Waspada Judul Sensasional - Judul yang terlalu bombastis atau sensasional seringkali digunakan untuk menarik perhatian dan menyebarkan informasi yang tidak akurat. Jangan langsung percaya pada judul, tetapi bacalah isi berita secara keseluruhan untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap. Contohnya, hindari mengklik berita dengan judul seperti "Ilmuwan Temukan Obat Ajaib untuk Semua Penyakit!" tanpa membaca artikelnya terlebih dahulu.

Judul yang sensasional seringkali tidak mencerminkan isi berita yang sebenarnya.

5. Laporkan Informasi Hoax - Jika Anda menemukan informasi yang Anda yakini palsu atau menyesatkan, laporkan ke platform media sosial atau situs web tempat Anda menemukannya. Dengan melaporkan informasi hoax, Anda dapat membantu mencegah penyebarannya dan melindungi orang lain dari menjadi korban. Contohnya, di Facebook, Anda dapat melaporkan postingan yang mengandung berita palsu atau ujaran kebencian.

Banyak platform media sosial yang memiliki mekanisme pelaporan untuk konten yang melanggar aturan komunitas.

Mengapa Ibu Ratna seringkali merasa ragu dengan informasi yang beredar di grup WhatsApp keluarga?

Menurut pakar komunikasi digital, Bapak Onno W. Purbo, informasi yang beredar di grup WhatsApp keluarga seringkali tidak terverifikasi dan berasal dari sumber yang kurang kredibel. Penting untuk selalu melakukan cross-check dan tidak langsung mempercayai semua informasi yang diterima. "Saring sebelum sharing," tegasnya.

Apa langkah yang sebaiknya Mas Budi lakukan jika menemukan berita yang menurutnya mencurigakan di media sosial?

Menurut pengamat media sosial, Ibu Enda Nasution, langkah pertama yang harus dilakukan adalah tidak langsung menyebarkannya. "Cek dulu kebenarannya di situs-situs pengecek fakta seperti Mafindo atau TurnBackHoax," sarannya. Jika terbukti hoax, laporkan ke platform media sosial tersebut agar tidak semakin menyebar.

Bagaimana cara Pak Joko meyakinkan teman-temannya yang sudah terlanjur percaya pada teori konspirasi yang tidak berdasar?

Menurut psikolog sosial, Ibu Dr. Seto Mulyadi, pendekatan yang terbaik adalah dengan memberikan fakta-fakta yang valid dan mudah dipahami. "Jangan menyerang keyakinan mereka secara langsung, tapi berikan informasi alternatif yang bisa membuka pikiran mereka," jelasnya. Kesabaran dan empati sangat dibutuhkan dalam situasi seperti ini.

Apa yang harus Mbak Ani lakukan jika melihat anggota keluarganya menyebarkan ujaran kebencian di media sosial?

Menurut ahli hukum, Bapak Prof. Mahfud MD, menyebarkan ujaran kebencian adalah tindakan yang melanggar hukum. "Mbak Ani sebaiknya mengingatkan anggota keluarganya tersebut secara baik-baik dan menjelaskan konsekuensi hukum dari perbuatan tersebut," tegasnya. Jika tidak berhasil, laporkan ke pihak berwajib.

Bagaimana cara Mas Herman membedakan antara opini dan fakta dalam sebuah berita?

Menurut jurnalis senior, Bapak Najwa Shihab, fakta adalah sesuatu yang bisa dibuktikan kebenarannya, sedangkan opini adalah pandangan atau pendapat pribadi. "Perhatikan apakah berita tersebut menyertakan bukti-bukti yang mendukung klaim yang dibuat," jelasnya. Jika hanya berisi pendapat tanpa dasar yang jelas, kemungkinan besar itu adalah opini.

Apa saran dari Ibu Susi untuk para pengguna internet agar tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang bernada provokatif?

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019, Ibu Susi Pudjiastuti, "Jangan mudah emosi! Tarik napas dalam-dalam, pikirkan baik-baik sebelum bereaksi." Beliau menambahkan, "Laut aja bisa tenang, masa kita enggak bisa?" Pesan beliau mengajak kita untuk tetap tenang dan rasional dalam menghadapi informasi yang provokatif.