Temukan Nasib Apes Raja Ecommerce China, Setelah Tutup di Indonesia, Makin Suram di AS, Berakhir Tragis Kini
Sabtu, 24 Mei 2025 oleh jurnal
E-commerce Raksasa China Mundur dari RI, Kini Hadapi Badai di AS
Aplikasi e-commerce asal China, Temu, tampaknya sedang menghadapi tantangan besar di kancah global. Setelah hengkang dari Indonesia, kini bisnis mereka juga mengalami hambatan serius di Amerika Serikat.
Mungkin sebagian dari Anda masih ingat, Temu diblokir di Indonesia sejak Oktober 2024. Kala itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, berpendapat bahwa kehadiran aplikasi ini meresahkan para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di tanah air.
Namun, permasalahan Temu tidak berhenti di Indonesia. Di tengah tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China, Temu turut menjadi salah satu korbannya.
Seperti yang dilaporkan oleh Wired pada Sabtu (24/5/2025), Temu mulai merasakan dampak dari kebijakan pemerintahan Donald Trump sejak awal Mei 2025. Akibat perang tarif yang diterapkan Trump, Temu terpaksa menghapus daftar produk dari China, sehingga tidak lagi bisa diakses oleh pengguna di Amerika Serikat.
Dalam pernyataan resminya, Temu menjelaskan bahwa operasional mereka di Amerika Serikat kini beralih fokus untuk melayani kepentingan lokal. Ini berarti, penjual dan pesanan berasal dari dalam negeri Amerika Serikat sendiri. ADVERTISEMENT
"Meskipun ada perubahan operasional, kebijakan harga Temu untuk konsumen AS tidak berubah," demikian pernyataan dari pihak Temu.
Temu menjadi sasaran empuk dalam manuver perang tarif yang dilancarkan Donald Trump. Sempat berjaya selama tiga tahun dengan menawarkan barang-barang murah, Temu mulai menaikkan harga produk dari China. Mereka juga mencoba menerapkan biaya impor kepada konsumen Amerika, namun langkah ini justru menuai kritik keras dari pemerintahan Trump.
Solusi terakhir yang diambil adalah memblokir akses pengguna Amerika Serikat terhadap produk-produk China di dalam aplikasi Temu. Apakah masalah selesai sampai di sini? Ternyata tidak.
Pemerintah Amerika Serikat menghapus aturan bebas pajak untuk paket barang kecil dengan nilai di bawah USD 800. Akibatnya, semua paket barang kecil yang berasal dari China, kini dikenakan pajak. Hal ini tentu saja memukul bisnis e-commerce asal China seperti Temu, Shein, AliExpress, bahkan Amazon. Paket-paket barang kecil tersebut kini terkena tarif hingga 145 persen.
Lantas, apakah ini berarti akhir dari riwayat Temu di Amerika Serikat? Louise Matsakis, editor bisnis senior dari Wired, dan Zeyi Yang, penulis senior yang fokus pada isu China, berpendapat bahwa Temu tidak akan terlalu merugi jika harus menutup pasar di Amerika Serikat akibat dampak perang tarif Trump. Temu masih memiliki banyak pasar potensial di negara-negara lain.
Namun, justru toko-toko di Amerika Serikat yang memiliki rantai pasok barang dari China-lah yang kemungkinan akan mengalami kesulitan. Sebagai contoh, dekorasi Natal yang menjadi andalan setiap musim belanja tahunan, ternyata sangat bergantung pada impor dari China.
Perubahan kebijakan dalam dunia e-commerce bisa jadi membingungkan. Tapi jangan khawatir! Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa kamu terapkan agar tetap bisa belanja online dengan aman dan cermat:
1. Periksa Kebijakan Pengembalian Barang - Sebelum membeli, pastikan kamu memahami kebijakan pengembalian barang dari toko online tersebut. Ini penting jika barang yang kamu terima tidak sesuai dengan harapan. Misalnya, apakah ada batas waktu pengembalian, atau apakah ada biaya yang harus kamu tanggung?
Contohnya, jika kamu membeli baju secara online dan ternyata ukurannya tidak pas, kamu bisa mengembalikannya jika toko tersebut memiliki kebijakan pengembalian yang jelas.
2. Bandingkan Harga dari Beberapa Toko - Jangan langsung terpaku pada satu toko online saja. Luangkan waktu untuk membandingkan harga barang yang sama dari beberapa toko yang berbeda. Kadang, ada toko yang menawarkan harga lebih murah atau promo menarik.
Misalnya, kamu ingin membeli smartphone baru. Coba cek harga di beberapa marketplace atau toko online elektronik sebelum memutuskan untuk membeli di salah satu toko.
3. Perhatikan Ongkos Kirim dan Estimasi Waktu Pengiriman - Ongkos kirim bisa jadi faktor penting yang mempengaruhi total biaya belanja online. Pastikan kamu memperhitungkan ongkos kirim sebelum memutuskan untuk membeli. Selain itu, perhatikan juga estimasi waktu pengiriman agar kamu tidak terlalu lama menunggu barangmu tiba.
Beberapa toko online menawarkan gratis ongkos kirim jika kamu berbelanja dengan nilai tertentu. Manfaatkan promo ini untuk menghemat pengeluaran.
4. Baca Ulasan dari Pembeli Lain - Ulasan dari pembeli lain bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kualitas barang atau pelayanan dari toko online tersebut. Perhatikan ulasan-ulasan yang memberikan informasi detail tentang kelebihan dan kekurangan produk.
Jika banyak pembeli yang memberikan ulasan positif, kemungkinan besar barang yang kamu beli juga akan berkualitas baik.
5. Gunakan Metode Pembayaran yang Aman - Pastikan kamu menggunakan metode pembayaran yang aman saat berbelanja online. Hindari memberikan informasi kartu kredit atau debit kamu melalui email atau pesan teks. Gunakan metode pembayaran yang ditawarkan oleh marketplace atau toko online tersebut, seperti transfer bank, e-wallet, atau kartu kredit dengan sistem keamanan yang terpercaya.
Aktifkan fitur verifikasi dua langkah (two-factor authentication) pada akun e-wallet kamu untuk meningkatkan keamanan transaksi.
6. Waspada Terhadap Penipuan - Selalu waspada terhadap penipuan online. Jangan mudah tergiur dengan harga yang terlalu murah atau promo yang tidak masuk akal. Periksa kembali informasi toko online tersebut, seperti alamat, nomor telepon, dan legalitasnya. Jika kamu merasa ragu, sebaiknya urungkan niat untuk berbelanja di toko tersebut.
Laporkan toko online yang mencurigakan ke pihak berwajib atau asosiasi e-commerce jika kamu merasa menjadi korban penipuan.
Mengapa aplikasi Temu diblokir di Indonesia, menurut pendapat Rina?
Menurut Bapak Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM, salah satu alasan utama pemblokiran Temu adalah karena praktik penjualan yang berpotensi merugikan UMKM lokal. Produk-produk yang dijual dengan harga sangat murah dapat mengganggu pasar dan daya saing produk UMKM.
Bagaimana perang dagang Amerika Serikat dan China mempengaruhi Temu, menurut penjelasan Bambang?
Dr. Chatib Basri, mantan Menteri Keuangan, menjelaskan bahwa perang dagang antara AS dan China menyebabkan peningkatan tarif impor. Hal ini berdampak langsung pada Temu karena mereka harus menaikkan harga atau menanggung biaya tambahan, yang pada akhirnya mempengaruhi daya saing mereka di pasar AS.
Apa langkah yang diambil Temu untuk mengatasi masalah di Amerika Serikat, menurut pandangan Siti?
Menurut Ibu Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Menteri BUMN, Temu berusaha untuk beradaptasi dengan berfokus pada penjualan produk lokal di Amerika Serikat. Dengan kata lain, mereka mencoba untuk beralih dari mengandalkan impor dari China menjadi menjual produk yang diproduksi di dalam negeri AS.
Bagaimana penghapusan aturan bebas pajak di Amerika Serikat berdampak pada e-commerce China, menurut analisis Joko?
Menurut Bapak Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, penghapusan aturan bebas pajak untuk barang-barang kecil dari China membuat produk-produk e-commerce China menjadi lebih mahal karena dikenakan pajak impor. Hal ini mengurangi daya tarik produk-produk tersebut bagi konsumen Amerika.
Apakah Temu akan bangkrut karena masalah di Amerika Serikat, menurut prediksi Ani?
Menurut Bapak Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, meskipun menghadapi tantangan di Amerika Serikat, Temu memiliki potensi untuk bertahan karena masih memiliki pasar yang luas di negara-negara lain. Diversifikasi pasar menjadi kunci untuk mengurangi risiko dan memastikan kelangsungan bisnis mereka.