Studi Harvard Sebut Indonesia Negara Paling 'Berkembang' di Dunia, Temuan Mengejutkan Ini Wajib Dibaca
Senin, 5 Mei 2025 oleh jurnal
Indonesia Juarai Studi Harvard tentang Kemakmuran Global
Bayangkan, Indonesia dinobatkan sebagai negara paling "makmur" di dunia! Ini bukan klaim sembarangan, melainkan hasil riset mendalam dari Harvard University yang melibatkan lebih dari 200 ribu orang di 22 negara. Studi Kemakmuran Global (Global Flourishing Study) ini mengukur "kemakmuran" bukan cuma dari harta benda, tapi dari tujuh aspek penting kehidupan: kesehatan, kebahagiaan, makna hidup, karakter, hubungan sosial, keamanan finansial, dan kesejahteraan spiritual.
Indonesia unggul, mengalahkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat (peringkat 12) dan Inggris (peringkat 20). Israel, Filipina, dan Meksiko membuntuti Indonesia di posisi berikutnya. Penelitian ini seakan menegaskan pepatah lama: uang bukanlah segalanya.
"Kemajuan itu beragam, dan setiap negara berkembang dengan caranya masing-masing," tulis tim peneliti dalam studi yang dikutip dari Daily Mail.
Meskipun negara maju seringkali unggul dalam hal keamanan finansial dan standar hidup, mereka justru kurang "makmur" dalam aspek lain, terutama makna hidup, kepedulian sosial, dan kualitas hubungan.
Finlandia memang sering menduduki peringkat teratas dalam survei kebahagiaan, namun studi Harvard ini menawarkan perspektif baru tentang "kemakmuran" yang lebih holistik. Tim peneliti, yang dipimpin oleh Tyler VanderWeele, mempublikasikan temuan mereka di Nature Mental Health. Mereka berharap studi ini dapat memperluas pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mendorong kemakmuran di seluruh dunia.
Dengan sampel yang mewakili 64% populasi dunia, studi ini mengungkap bahwa Indonesia meraih skor tertinggi (8,3), disusul Israel (7,87), Filipina (7,71), Meksiko (7,64), dan Polandia (7,55). Keunggulan Indonesia terletak pada kekuatan hubungan sosial dan komunitas, yang didorong oleh karakter pro-sosial warganya.
Di sisi lain, Jepang berada di posisi terbawah (5,89), diikuti Turki (6,32), Inggris (6,79), India (6,87), dan Spanyol (6,9). Meskipun kaya dan berumur panjang, responden di Jepang cenderung kurang memiliki teman dekat.
Brendan Case, salah satu penulis studi, menekankan bahwa penelitian ini tidak bermaksud mengaitkan kemakmuran dengan kekayaan, harapan hidup, atau pertumbuhan ekonomi. Namun, temuan ini memicu pertanyaan penting tentang potensi "tukar guling" dalam proses pembangunan. Studi ini juga menemukan korelasi positif antara usia dan kemakmuran, yang berbanding terbalik dengan studi sebelumnya tentang kepuasan hidup.
Yuk, terapkan tips berikut untuk meningkatkan kemakmuran dalam hidupmu:
1. Perkuat hubungan sosial. - Luangkan waktu berkualitas bersama orang-orang terdekat. Jangan ragu untuk berbagi cerita dan saling mendukung. Misalnya, ajak keluarga piknik di akhir pekan atau telepon teman lama untuk sekadar bertukar kabar.
2. Temukan makna hidup. - Apa yang membuatmu bersemangat? Cari tahu hal-hal yang memberi arti dan tujuan dalam hidupmu. Mungkin dengan menekuni hobi, berkontribusi pada komunitas, atau mempelajari hal baru. Misalnya, ikuti kelas melukis jika kamu menyukai seni, atau jadilah relawan di panti asuhan.
3. Jaga kesehatan fisik dan mental. - Olahraga teratur, makan makanan bergizi, dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesejahteraanmu. Jangan lupa juga untuk mengelola stres dengan baik. Misalnya, cobalah meditasi atau yoga untuk menenangkan pikiran.
4. Berkembang secara spiritual. - Temukan cara untuk terhubung dengan dirimu sendiri dan nilai-nilai yang kamu yakini. Ini bisa melalui agama, meditasi, atau refleksi diri. Misalnya, luangkan waktu setiap pagi untuk merenung dan bersyukur.
Bagaimana Indonesia bisa menduduki peringkat pertama dalam studi ini, padahal bukan negara terkaya? (Pertanyaan dari Dewi Permata)
Studi ini tidak hanya mengukur kekayaan materi, tetapi juga aspek-aspek lain seperti hubungan sosial, makna hidup, dan kesejahteraan spiritual. Indonesia unggul dalam hal-hal tersebut, yang menunjukkan bahwa kemakmuran sejati tidak hanya bergantung pada materi. - Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono (Psikolog)
Apa yang bisa kita pelajari dari studi ini? (Pertanyaan dari Bambang Wijaya)
Studi ini mengajarkan kita bahwa pembangunan harus holistik, tidak hanya berfokus pada ekonomi, tetapi juga pada kesejahteraan sosial dan spiritual masyarakat. - Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan)
Apa langkah konkret yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat? (Pertanyaan dari Ani Kusuma)
Pemerintah perlu memperkuat program-program yang mendukung pembangunan manusia seutuhnya, mulai dari pendidikan karakter, kesehatan mental, hingga pemberdayaan komunitas. - Tri Rismaharini (Menteri Sosial)
Bagaimana kita bisa menerapkan hasil studi ini dalam kehidupan sehari-hari? (Pertanyaan dari Rudi Hartono)
Kita bisa mulai dengan membangun hubungan yang lebih erat dengan keluarga dan teman, menemukan makna hidup yang lebih dalam, dan menjaga kesehatan fisik dan mental. - Najwa Shihab (Jurnalis)