Semangat Kartini dan Literasi Kesehatan Perempuan Indonesia Kini, Tantangan dan Peluang di Era Digital
Selasa, 22 April 2025 oleh jurnal
Semangat Kartini dan Literasi Kesehatan Perempuan Indonesia Masa Kini
R.A. Kartini, pahlawan emansipasi perempuan Indonesia, dikenang lebih dari seabad setelah kepergiannya. Namun, ironisnya, ia wafat muda, empat hari setelah melahirkan, akibat komplikasi nifas. Fakta ini menyoroti masalah kesehatan ibu yang kronis di Indonesia, bahkan hingga kini. Perjuangan Kartini belum sepenuhnya menyentuh akar permasalahan yang paling mendasar: kesehatan perempuan itu sendiri.
Meskipun Kartini tak pernah menulis tentang "literasi kesehatan", semangatnya untuk mendidik dan memberdayakan perempuan adalah inti dari upaya literasi kesehatan perempuan saat ini. Di abad ke-21, ketidaktahuan masih menjadi ancaman besar, membunuh perempuan secara perlahan melalui anemia, kehamilan yang tak direncanakan, dan anak-anak yang gagal tumbuh akibat kurangnya pengetahuan dan pilihan bagi para ibu.
Di berbagai pelosok negeri, masih banyak ibu hamil yang kekurangan nutrisi, menderita kurang gizi kronis, atau mengalami preeklamsia. Kisah-kisah ini, didukung oleh data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023 dan Riskesdas 2018, menunjukkan tingginya angka stunting pada anak dan anemia pada remaja putri serta ibu hamil. Angka-angka ini menjadi pengingat bahwa perempuan Indonesia masih menghadapi ancaman kesehatan yang serius.
Akar masalahnya bukan hanya kemiskinan ekonomi, tetapi juga kemiskinan informasi. Banyak perempuan yang belum mampu membedakan mitos dan fakta seputar kesehatan. Literasi kesehatan masih menjadi hak istimewa, sementara di desa-desa, informasi kesehatan seringkali diwarnai mitos.
Studi UNICEF Indonesia (2021) dan Pusat Kajian Gizi FKUI (2022) menunjukkan rendahnya pemahaman ibu tentang gizi anak dan kurangnya program edukasi kesehatan yang berkelanjutan. Pertanyaannya, untuk siapa literasi kesehatan ini? Kita semua bertanggung jawab untuk memastikan literasi kesehatan menjangkau semua lapisan masyarakat.
Emansipasi Kesehatan di Era Modern
Perjuangan Kartini adalah melawan sistem yang menjadikan perempuan sebagai objek. Literasi kesehatan masa kini bertujuan menempatkan perempuan sebagai subjek yang berdaya, memahami tubuhnya, dan mampu membuat keputusan terkait kesehatannya. Emansipasi ini terjadi ketika ibu hamil rutin minum tablet tambah darah, keluarga memahami pentingnya menyusui, dan anak perempuan diajarkan tentang menstruasi sebagai proses biologis yang normal.
Negara dan masyarakat harus bekerja sama mengintegrasikan literasi kesehatan ke dalam kurikulum, program Posyandu, dan media sosial. Kita tidak bisa lagi membiarkan perempuan berkorban tanpa pemahaman dan ruang untuk mengambil keputusan.
Mewujudkan Mimpi Kartini
Jika Kartini masih hidup, ia mungkin akan menulis surat tentang pentingnya kesehatan perempuan. Ia akan menuntut agar kesehatan perempuan didasarkan pada pengetahuan, bukan adat yang bertentangan dengan ilmu kesehatan.
Seperti yang diajarkan Kartini, perubahan dimulai dari langkah kecil. Ibu yang bertanya pada bidan, remaja yang mengikuti kelas kesehatan reproduksi, dan suami yang belajar tentang ASI eksklusif adalah wujud nyata dari semangat Kartini masa kini.
Literasi kesehatan bukan sekadar kampanye, melainkan perjuangan untuk martabat perempuan. Dalam semangat Kartini, literasi kesehatan adalah hak, bukan pilihan.
Berikut beberapa tips praktis untuk meningkatkan literasi kesehatan perempuan:
1. Manfaatkan Posyandu dan Puskesmas - Posyandu dan Puskesmas menyediakan informasi dan layanan kesehatan yang penting, termasuk konsultasi gizi, pemeriksaan kehamilan, dan imunisasi. Manfaatkan layanan ini secara rutin. Misalnya, ibu hamil dapat memeriksakan kandungannya secara berkala di Puskesmas.
2. Cari Informasi dari Sumber Terpercaya - Hindari informasi kesehatan dari sumber yang tidak kredibel. Gunakan situs web resmi pemerintah, organisasi kesehatan dunia (WHO), atau konsultasikan langsung dengan tenaga kesehatan profesional. Contohnya, kunjungi website Kementerian Kesehatan atau Alodokter untuk informasi kesehatan yang akurat.
3. Ikuti Kelas atau Seminar Kesehatan - Banyak organisasi dan komunitas yang mengadakan kelas atau seminar kesehatan. Ikuti kegiatan ini untuk menambah wawasan dan berdiskusi dengan pakar. Misalnya, ikuti kelas online tentang gizi anak atau kesehatan reproduksi.
4. Ajak Keluarga untuk Terlibat - Literasi kesehatan bukan hanya untuk perempuan, tetapi juga untuk seluruh keluarga. Ajak suami, orang tua, dan anggota keluarga lainnya untuk belajar bersama tentang kesehatan. Misalnya, diskusikan bersama tentang pentingnya ASI eksklusif atau makanan bergizi.
Bagaimana cara mencegah anemia pada remaja putri, Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan)?
Penting bagi remaja putri untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang, kaya zat besi seperti daging merah, sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Suplemen zat besi juga dapat diberikan sesuai anjuran dokter.
Apa pentingnya ASI eksklusif, Pak Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan)?
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan sangat penting untuk tumbuh kembang optimal bayi. ASI mengandung nutrisi lengkap dan antibodi yang melindungi bayi dari berbagai penyakit.
Bagaimana cara mengatasi mitos seputar kesehatan reproduksi, Ibu Tri Rismaharini (Menteri Sosial)?
Edukasi dan sosialisasi yang tepat sangat penting. Kita perlu menggandeng tokoh masyarakat, agama, dan tenaga kesehatan untuk meluruskan mitos dan memberikan informasi yang akurat berbasis ilmiah.
Apa tanda-tanda preeklamsia yang perlu diwaspadai, Prof. Zubairi Djoerban (Dokter Spesialis Penyakit Dalam)?
Tanda-tanda preeklamsia antara lain tekanan darah tinggi, pembengkakan pada tangan dan kaki, serta sakit kepala hebat. Ibu hamil yang mengalami gejala ini harus segera memeriksakan diri ke dokter.
Bagaimana cara meningkatkan pemahaman ibu tentang gizi anak, Ibu Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri)?
Penting untuk menyediakan informasi yang mudah dipahami dan diakses oleh para ibu, misalnya melalui penyuluhan, buku panduan, atau aplikasi mobile. Kerjasama lintas sektor juga diperlukan untuk memastikan program edukasi gizi menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Apa peran keluarga dalam mendukung literasi kesehatan perempuan, Pak Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah)?
Keluarga berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung literasi kesehatan. Suami dan anggota keluarga lainnya harus ikut aktif mencari informasi, mendampingi, dan mendukung perempuan dalam menjaga kesehatannya. Komunikasi yang terbuka dan saling mendukung sangat penting dalam keluarga.