Prabowo Ingin Hapus Kuota Impor, Ancaman bagi 70% Pengusaha Lokal? Simak Penjelasannya
Jumat, 18 April 2025 oleh jurnal
Akankah Penghapusan Kuota Impor Ubah Pengusaha Tekstil Jadi Pedagang?
Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menghapus kuota impor memicu kekhawatiran di industri tekstil. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memprediksi kebijakan ini berpotensi membuat 70% pengusaha tekstil gulung tikar dan beralih profesi menjadi pedagang. Pasalnya, serbuan barang impor dikhawatirkan akan membuat industri tekstil dalam negeri tak lagi menguntungkan.
Wakil Ketua Umum API, Ian Syarif, mengungkapkan kekhawatirannya dalam diskusi Forum Wartawan Perindustrian di Jakarta. Menurutnya, menjadi pedagang jauh lebih mudah daripada mempertahankan industri tekstil. Ia mencontohkan betapa mudahnya mendirikan virtual office dibandingkan membangun pabrik yang bisa memakan waktu hingga dua tahun. "Saya takutnya saya generasi terakhir yang mau bikin pabrik," ujarnya.
Bukan hanya isu kuota impor, Ian juga menyoroti kebijakan lain yang dianggap memberatkan industri tekstil, seperti aturan barang bawaan TKW hingga US$ 1.400 dan maraknya jasa titip (jastip) yang kembali menjamur. Fenomena jastip, yang sempat dibatasi, kini kembali ramai di platform seperti TikTok. "Jasa titip itu betul-betul membunuh industri kreatif kita, terutama UKM," keluhnya.
Sebelumnya, Prabowo menyampaikan niatnya menghapus kuota impor untuk barang-barang kebutuhan pokok. Ia berargumen bahwa perusahaan yang mampu impor seharusnya diberi kemudahan tanpa birokrasi yang berbelit. "Siapa yang mampu, siapa yang mau impor silakan, bebas," tegas Prabowo dalam Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Jakarta Selatan.
Saya kasih perintah hilangkan kebijakan kuota-kuota impor utamanya untuk barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Prabowo berharap kebijakan ini dapat memberikan angin segar bagi dunia usaha dan mendorong penciptaan lapangan kerja. Ia juga menekankan pentingnya pengusaha untuk membayar pajak dengan benar.
Berikut beberapa tips bagi pelaku industri tekstil untuk tetap bersaing di tengah isu penghapusan kuota impor:
1. Inovasi Produk - Jangan hanya terpaku pada produk yang itu-itu saja. Ciptakan produk tekstil yang inovatif, unik, dan memiliki nilai tambah. Misalnya, batik dengan motif kontemporer atau kain dengan teknologi anti-bakteri.
2. Pemanfaatan Teknologi - Gunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran. Misalnya, memanfaatkan mesin-mesin modern atau berjualan melalui e-commerce.
3. Kolaborasi dan Jaringan - Bangun kerjasama dengan berbagai pihak, seperti desainer, pemerintah, atau komunitas. Jaringan yang luas dapat membuka peluang pasar dan akses permodalan.
4. Branding dan Pemasaran yang Kuat - Ciptakan brand yang kuat dan strategi pemasaran yang efektif untuk menjangkau target pasar. Manfaatkan media sosial dan platform digital lainnya untuk promosi.
Bagaimana dampak penghapusan kuota impor terhadap konsumen, Ani?
Rosan Roeslani (Ketua Umum Kadin Indonesia): "Penghapusan kuota impor dapat memberikan lebih banyak pilihan produk dan harga yang lebih kompetitif bagi konsumen. Namun, perlu diimbangi dengan perlindungan terhadap industri dalam negeri agar tidak tergerus."
Apa solusi bagi pengusaha tekstil agar tetap kompetitif, Budi?
Airlangga Hartarto (Menko Perekonomian): "Pemerintah akan terus mendorong peningkatan daya saing industri tekstil melalui berbagai insentif dan program pembinaan. Inovasi, efisiensi, dan peningkatan kualitas produk menjadi kunci utama."
Apakah kebijakan ini sudah dikaji secara matang, Citra?
Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan): "Setiap kebijakan pasti melalui proses kajian dan pertimbangan yang matang dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk dampaknya terhadap perekonomian nasional."
Bagaimana pemerintah akan mengawasi impor agar tidak merugikan industri lokal, Dedi?
Zulkifli Hasan (Menteri Perdagangan): "Kementerian Perdagangan akan memperketat pengawasan terhadap barang impor dan menindak tegas praktik-praktik ilegal yang merugikan industri dalam negeri."
Apa peran masyarakat dalam mendukung industri tekstil nasional, Eka?
Triawan Munaf (Kepala Bekraf): "Masyarakat dapat berperan aktif dengan membeli dan menggunakan produk tekstil dalam negeri. Ini merupakan bentuk dukungan nyata terhadap industri kreatif dan UMKM kita."
Bagaimana nasib para pekerja di industri tekstil jika banyak pabrik yang tutup, Fajar?
Ida Fauziyah (Menteri Ketenagakerjaan): "Pemerintah akan berupaya meminimalisir dampak negatif terhadap tenaga kerja melalui program pelatihan dan peningkatan keterampilan agar mereka dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar."