Nasib Perempuan RI, Banyak Jadi Tulang Punggung Keluarga, Sekolah Hanya SD, Sebuah Realitas Pahit

Rabu, 16 April 2025 oleh jurnal

Nasib Perempuan RI, Banyak Jadi Tulang Punggung Keluarga, Sekolah Hanya SD, Sebuah Realitas Pahit

Perempuan Tangguh: Menopang Keluarga Indonesia, Berjuang Melawan Ketimpangan

Gambaran perempuan Indonesia sebagai ibu rumah tangga tampaknya perlu diperluas. Data menunjukkan lebih dari 1 dari 10 pekerja di Indonesia adalah perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga (female breadwinners). Di balik angka ini, tersimpan kisah perjuangan dan ketahanan yang luar biasa.

Ironisnya, di tengah peran penting mereka dalam perekonomian keluarga, banyak female breadwinners yang hanya mengenyam pendidikan dasar (55,84%). Bukan berarti perempuan berpendidikan tinggi tidak berkontribusi, tetapi kemungkinan besar, pendapatan pasangan mereka lebih tinggi sehingga mereka tidak menjadi pencari nafkah utama. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan ekonomi dalam rumah tangga bukan hanya soal kemampuan individu, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika pasangan.

Data BPS juga mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan: 17,91% female breadwinners berusia 60 tahun ke atas. Bayangkan, di usia senja di mana seharusnya menikmati masa pensiun, mereka masih harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan keluarga. Minimnya pensiun, ketiadaan pasangan yang produktif, atau tekanan kebutuhan dasar kemungkinan besar menjadi alasan di balik kenyataan pahit ini.

Kelompok usia produktif (35-59 tahun) juga menyumbang porsi besar. Ini menggambarkan "beban ganda" yang harus dipikul perempuan, berjibaku antara deadline kantor dan urusan dapur.

Menariknya, sekitar 40,77% female breadwinners berstatus istri, bukan kepala rumah tangga. Artinya, dalam banyak keluarga, peran pencari nafkah utama justru dipegang oleh "pendamping", bukan kepala keluarga secara administratif. Sementara itu, 39,82% lainnya memang berstatus kepala rumah tangga, memikul beban penuh baik secara struktural maupun finansial.

Status perkawinan juga turut mewarnai fenomena ini. Mayoritas (51,36%) berstatus kawin, namun ada juga yang belum menikah (17,46%), cerai hidup (8,89%), dan cerai mati (22,29%). Bagi kelompok terakhir, menjadi tulang punggung keluarga bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan.

Fenomena female breadwinners ini menunjukkan bahwa peran ekonomi perempuan tak bisa lagi dibatasi oleh status, usia, atau gelar. Mereka adalah pilar penting perekonomian keluarga, bahkan seringkali menjadi satu-satunya tumpuan. Di tengah tantangan ketimpangan upah, beban ganda, dan minimnya perlindungan sosial, ketahanan mereka patut diapresiasi.

Berikut beberapa tips praktis untuk mendukung female breadwinners di keluarga:

1. Bagi Tugas Rumah Tangga Secara Adil - Jangan biarkan beban rumah tangga hanya ditanggung satu orang. Komunikasikan dan bagi tugas sesuai kemampuan masing-masing anggota keluarga. Misalnya, suami bisa bertanggung jawab mencuci piring, anak-anak merapikan tempat tidur, dan istri memasak.

2. Berikan Apresiasi dan Dukungan Emosional - Kata-kata penyemangat dan dukungan moral sangat berarti bagi female breadwinners. Tunjukkan rasa terima kasih atas kerja kerasnya dan berikan dukungan emosional saat ia merasa lelah atau stres. Misalnya, luangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesahnya atau membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah.

3. Rencanakan Keuangan Bersama - Libatkan semua anggota keluarga dalam perencanaan keuangan. Diskusikan pengeluaran dan pemasukan secara transparan agar semua pihak merasa bertanggung jawab. Misalnya, buat anggaran belanja bulanan bersama dan evaluasi secara berkala.

4. Dukung Pengembangan Diri dan Karirnya - Berikan dukungan bagi female breadwinners untuk mengembangkan diri dan meningkatkan karirnya. Misalnya, dukung ia untuk mengikuti pelatihan atau kursus yang relevan dengan pekerjaannya.

Bagaimana cara mengatasi ketimpangan upah antara laki-laki dan perempuan? (Pertanyaan dari Ani)

"Mendorong transparansi gaji dan menerapkan sistem penggajian berbasis kinerja adalah langkah penting. Selain itu, perlu adanya peningkatan akses perempuan terhadap pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keahlian dan daya saing mereka di pasar kerja." - Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan)

Apa dampak beban ganda terhadap perempuan? (Pertanyaan dari Budi)

"Beban ganda dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental perempuan, meningkatkan stres, dan membatasi kesempatan mereka untuk berkembang." - Prof. Dr. Zubairi Djoerban (Dokter Spesialis Penyakit Dalam)

Bagaimana peran pemerintah dalam melindungi hak-hak female breadwinners? (Pertanyaan dari Citra)

"Pemerintah berperan penting dalam menyediakan perlindungan sosial, akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi perempuan." - Tri Rismaharini (Menteri Sosial)

Apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan? (Pertanyaan dari Dedi)

"Penting untuk menciptakan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan, menyediakan beasiswa dan bantuan pendidikan, serta mengurangi hambatan sosial dan ekonomi yang menghalangi akses perempuan terhadap pendidikan." - Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi)

Bagaimana cara memberdayakan perempuan di pedesaan? (Pertanyaan dari Eka)

"Memberikan akses perempuan di pedesaan terhadap pelatihan keterampilan, modal usaha, dan informasi pasar dapat membantu mereka meningkatkan pendapatan dan kemandirian ekonomi." - Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur)

Bagaimana pentingnya dukungan keluarga bagi female breadwinners? (Pertanyaan dari Fajar)

"Dukungan keluarga, terutama pembagian tugas rumah tangga dan pengasuhan anak, sangat krusial bagi kesejahteraan dan keberhasilan female breadwinners. Ini memungkinkan mereka untuk fokus pada pekerjaan dan mengurangi beban ganda yang mereka pikul." - Anne Avantie (Perancang Busana)