Laju IHSG Tersendat, Gagal Naik 1% Gara,Gara Ini, Apa Penyebabnya?
Jumat, 25 April 2025 oleh jurnal
IHSG Gagal Tembus 1% di Tengah Minimnya Katalis Pasar
Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kesulitan menguat secara signifikan pada Kamis (24/4/2025). Setelah sempat menanjak hingga 0,9%, IHSG akhirnya menutup sesi pertama hanya dengan kenaikan tipis 0,38%. Pergerakan ini terjadi di tengah minimnya katalis pasar dan masih dipengaruhi oleh keputusan Bank Indonesia (BI) serta dinamika perang dagang AS-China.
Sebanyak 364 saham menghijau, sementara 219 saham melemah, dan 216 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp7,52 triliun dengan volume 11,21 miliar saham dalam 656.843 kali transaksi. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp11.570 triliun.
Data Refinitiv menunjukkan hampir semua sektor berada di zona hijau, dipimpin oleh sektor konsumer non-primer yang menguat 1,44%. BMRI menjadi motor penggerak utama IHSG dengan kontribusi 5,29 indeks poin, naik 1,43% ke level 4.970. DCII juga turut memberikan dorongan positif dengan sumbangan 4,83 indeks poin. Yang menarik, saham Bank Sinarmas (BSIM) melonjak lebih dari 20% dan menyumbang 3,16 indeks poin, menjadikannya salah satu penggerak IHSG yang tak terduga.
Di sisi lain, BBCA membebani IHSG dengan kontribusi -5,12 indeks poin, diikuti BYAN dan TPIA masing-masing dengan -3,48 dan -3,39 indeks poin. Pasar tampaknya masih mencerna keputusan BI untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 5,75% serta memantau perkembangan perang dagang AS-China yang mulai mereda.
Meskipun sentimen pasar cenderung positif, perlu diingat bahwa IHSG telah menguat beberapa hari terakhir dan sedang menguji level resistance secara teknikal. Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan ini merupakan yang ketiga kalinya secara berturut-turut sejak Januari 2025.
Dari kancah global, muncul sinyal positif dari Presiden AS Donald Trump yang mengindikasikan potensi penurunan tarif impor dari China. China pun menyatakan kesiapannya untuk kembali bernegosiasi. Meskipun demikian, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa China tidak menginginkan perang dagang, tetapi juga tidak takut untuk melawan jika diperlukan.
Berikut beberapa tips untuk menghadapi volatilitas pasar saham:
1. Jangan Panik - Hindari mengambil keputusan impulsif berdasarkan rasa takut atau panik. Fluktuasi pasar adalah hal yang wajar.
Contoh: Ketika IHSG turun, jangan langsung menjual semua saham Anda. Tarik napas, dan analisis situasi dengan kepala dingin.
2. Diversifikasi Portofolio - Sebarkan investasi Anda ke berbagai instrumen untuk mengurangi risiko.
Contoh: Jangan hanya investasi di saham, pertimbangkan juga obligasi, reksadana, atau emas.
3. Investasi Jangka Panjang - Fokus pada investasi jangka panjang untuk meminimalisir dampak fluktuasi jangka pendek.
Contoh: Jika tujuan investasi Anda untuk pensiun, jangan terlalu khawatir dengan pergerakan harian IHSG.
4. Pahami Fundamental Perusahaan - Lakukan riset dan pahami fundamental perusahaan sebelum berinvestasi.
Contoh: Pelajari laporan keuangan perusahaan dan prospek bisnisnya.
5. Kelola Emosi - Emosi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Tetap tenang dan rasional.
Contoh: Buat rencana investasi dan patuhi rencana tersebut, terlepas dari fluktuasi pasar.
6. Konsultasikan dengan Ahli - Jika Anda ragu, konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional.
Contoh: Mintalah saran dari penasihat keuangan tentang strategi investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda.
Bagaimana dampak perang dagang AS-China terhadap IHSG, Pak Budi Santoso?
Budi Santoso (Ekonom Senior): Perang dagang AS-China menciptakan ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi aliran modal asing dan kinerja ekspor Indonesia, sehingga berdampak negatif pada IHSG.
Apa arti keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan, Ibu Ani Wijaya?
Ani Wijaya (Analis Pasar Modal): Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan menunjukkan sikap wait and see terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik, termasuk inflasi dan nilai tukar rupiah.
Mengapa saham BSIM melonjak signifikan, Pak Chandra Malik?
Chandra Malik (Pengamat Pasar Modal): Lonjakan saham BSIM kemungkinan didorong oleh sentimen pasar tertentu, bisa jadi karena adanya berita positif terkait kinerja perusahaan atau aksi korporasi. Investor perlu berhati-hati dan melakukan riset sebelum membeli saham yang melonjak signifikan.
Kapan waktu yang tepat untuk membeli saham, Ibu Dewi Pertiwi?
Dewi Pertiwi (Perencana Keuangan): Tidak ada waktu yang tepat untuk membeli saham. Yang terpenting adalah memiliki strategi investasi jangka panjang dan memahami profil risiko Anda.
Bagaimana cara memilih saham yang tepat, Pak Eko Prasetyo?
Eko Prasetyo (Analis Investasi): Pilihlah saham dari perusahaan yang memiliki fundamental kuat, prospek bisnis yang baik, dan valuasi yang wajar. Lakukan riset dan analisis sebelum berinvestasi.
Apa yang harus dilakukan jika rugi dalam investasi saham, Ibu Fajarwati?
Fajarwati (Konsultan Keuangan): Jika rugi dalam investasi saham, jangan panik. Evaluasi kembali strategi investasi Anda, pelajari dari kesalahan, dan konsultasikan dengan penasihat keuangan jika perlu.