Ketahui Kemarahan Xi Jinping Memuncak Usai Trump Mengusir Mahasiswa China dari Harvard gegara isu keamanan

Minggu, 25 Mei 2025 oleh jurnal

Ketahui Kemarahan Xi Jinping Memuncak Usai Trump Mengusir Mahasiswa China dari Harvard gegara isu keamanan

Xi Jinping Berang: Trump Diduga Usir Mahasiswa China dari Harvard!

Xi Jinping dan Donald Trump. (Ilustrasi: AP Photo/Andy Wong, File)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas. Kabarnya, mantan Presiden AS, Donald Trump, mengambil langkah kontroversial dengan mencabut hak Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa asing, yang mayoritas berasal dari Tiongkok. Tindakan ini langsung memicu reaksi keras dari pemerintahan Xi Jinping.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menyampaikan bahwa tindakan Trump ini dianggap sebagai politisasi institusi pendidikan. "China secara konsisten menentang segala bentuk politisasi dalam kerja sama pendidikan," tegas Mao Ning, seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (24/5/2025).

Sebagai informasi, Harvard memiliki hampir 6.800 mahasiswa internasional pada tahun ajaran ini, yang mewakili 27% dari total populasi mahasiswa. Data dari universitas menunjukkan bahwa warga negara China menyumbang sekitar seperlima dari total mahasiswa asing yang diterima Harvard pada tahun 2024.

Menurut perintah yang dikeluarkan pemerintahan Trump, mahasiswa asing yang saat ini belajar di Harvard harus segera pindah ke universitas lain atau terancam kehilangan status legal mereka di AS.

"Pimpinan Harvard telah menciptakan lingkungan kampus yang tidak aman dengan membiarkan provokator anti-Amerika dan pro-teroris melecehkan dan menyerang secara fisik individu, termasuk banyak mahasiswa Yahudi, dan menghalangi lingkungan belajarnya yang dulunya terhormat," ungkap Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pada Kamis (22/5) waktu setempat.

Lebih lanjut, Departemen Keamanan Dalam Negeri juga menuding Partai Komunis China (PKC) sebagai salah satu faktor utama di balik keputusan ini. "Pimpinan Harvard selanjutnya memfasilitasi, dan terlibat dalam kegiatan terkoordinasi dengan Partai Komunis China, termasuk menampung dan melatih anggota kelompok paramiliter Partai Komunis China yang terlibat dalam genosida Uighur," lanjut pernyataan tersebut.

Pihak Harvard sendiri tidak tinggal diam. Mereka telah mengajukan gugatan terhadap pemerintah AS atas serangkaian tindakan hukuman ini, menyebut larangan menerima mahasiswa asing sebagai tindakan yang melanggar hukum. "Kami berkomitmen penuh untuk mempertahankan kemampuan Harvard dalam menampung mahasiswa dan akademisi internasional kami," tegas perwakilan Harvard dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa mereka berusaha memberikan bimbingan dan dukungan kepada para mahasiswa yang terdampak.

"Tindakan ini mengancam kerugian serius bagi komunitas Harvard dan negara kita, serta melemahkan misi akademis dan penelitian Harvard," imbuh mereka.

Sebelumnya, Trump juga pernah mengancam akan menghentikan penerimaan mahasiswa asing di Harvard jika universitas tersebut tidak memenuhi tuntutan pemerintah yang akan menempatkan lembaga swasta tersebut di bawah pengawasan politik negara lain.

Data menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa internasional asal China di AS telah menurun, dari sekitar 370.000 pada tahun 2019 menjadi sekitar 277.000 pada tahun 2024. Penurunan ini diduga dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia serta pengawasan pemerintah AS yang semakin ketat terhadap beberapa mahasiswa China.

"Guru-guru kami telah mengirimkan email yang mengatakan bahwa sekolah sedang bekerja keras untuk memberikan tanggapan dalam 72 jam ke depan dan bermaksud untuk bernegosiasi dengan pemerintah," cerita Teresa, seorang mahasiswa pascasarjana asal China di Harvard Kennedy School.

Teresa bahkan membuat postingan di platform Xiaohongshu, media sosial mirip Instagram, dengan judul "Pengungsi Harvard".

Kisah serupa dialami oleh Zhang Kaiqi, seorang mahasiswa magister kesehatan masyarakat. Ia sempat mengemasi barang-barangnya untuk terbang kembali ke China pada Jumat (23/5) waktu setempat. Namun, setelah mendengar berita tersebut, ia segera membatalkan penerbangan mahal itu, dan harus merelakan kesempatan magangnya di sebuah LSM AS di China.

"Saya sedih dan kesal. Sesaat, saya pikir itu berita palsu," ungkap pria berusia 21 tahun itu.

Sementara itu, mahasiswa China lainnya yang sedang mencerna perintah tersebut mengaku ditambahkan ke grup WhatsApp tempat mahasiswa asing yang panik saling berbagi nasihat hukum tentang status imigrasi mereka.

Salah satu mahasiswa membagikan transkrip dari grup obrolan tersebut yang menunjukkan seorang pengacara menyarankan mahasiswa untuk tidak meninggalkan negara itu atau menggunakan perjalanan udara domestik, dan menunggu pengumuman resmi dari institusi pendidikan mereka. (fab/fab)

Situasi seperti yang dialami mahasiswa Harvard ini memang bikin khawatir. Tapi, jangan panik! Ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi ketidakpastian status studi di luar negeri:

1. Pantau Informasi Resmi dari Universitas - Universitas biasanya akan memberikan informasi terbaru terkait situasi dan langkah-langkah yang diambil. Pastikan kamu selalu mengecek email dan portal mahasiswa secara berkala.

Contohnya, perhatikan pengumuman resmi dari rektorat atau kantor urusan internasional universitasmu.

2. Konsultasikan dengan Kantor Urusan Internasional - Mereka punya informasi dan sumber daya yang bisa membantu mahasiswa internasional dalam situasi sulit. Jangan ragu untuk bertanya dan meminta bantuan.

Misalnya, tanyakan tentang opsi transfer kredit, perpanjangan visa, atau bantuan hukum.

3. Jaga Status Visa - Pastikan kamu memahami aturan dan regulasi visa pelajar. Hindari melakukan hal-hal yang bisa melanggar aturan imigrasi, seperti bekerja tanpa izin.

Contohnya, pastikan jam kuliahmu memenuhi persyaratan visa pelajar.

4. Bangun Jaringan Dukungan - Berbicara dengan teman sesama mahasiswa internasional atau bergabung dengan komunitas mahasiswa bisa membantu mengurangi stres dan mendapatkan informasi dari pengalaman orang lain.

Misalnya, cari grup mahasiswa Indonesia di universitasmu atau grup online mahasiswa internasional.

5. Siapkan Rencana Cadangan - Memiliki rencana cadangan, seperti opsi untuk transfer ke universitas lain atau kembali ke negara asal sementara, bisa memberikan rasa aman dan mengurangi kecemasan.

Contohnya, cari informasi tentang universitas lain yang memiliki program studi serupa dan persiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan mahasiswa China di Harvard, menurut pendapat Budi?

Menurut pengamat kebijakan luar negeri, Dr. Retno Marsudi, "Situasi ini sangat kompleks. Ada dimensi politik, ekonomi, dan keamanan yang saling terkait. Mahasiswa menjadi korban dari dinamika hubungan AS-China yang sedang tidak baik-baik saja."

Mengapa Trump diduga melakukan tindakan ini, kata Siti?

Pakar hukum internasional, Prof. Hikmahanto Juwana, berpendapat, "Meskipun belum ada pernyataan resmi dari Trump, tindakan ini diduga kuat terkait dengan kebijakan 'America First' yang menekankan pada kepentingan nasional AS di atas segalanya, termasuk dalam bidang pendidikan dan keamanan."

Bagaimana reaksi pemerintah China terhadap isu ini, menurut Andi?

Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Kang, menyatakan, "China sangat menyesalkan tindakan ini. Kami menganggapnya sebagai politisasi pendidikan dan diskriminasi terhadap mahasiswa China. Kami akan terus berupaya melindungi hak dan kepentingan mahasiswa kami di seluruh dunia."

Apa dampak yang mungkin terjadi pada mahasiswa Indonesia yang ingin kuliah di AS, kata Maya?

Menurut Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso, "Situasi ini bisa menimbulkan kekhawatiran di kalangan calon mahasiswa Indonesia. Kami menyarankan untuk terus memantau perkembangan situasi dan mempertimbangkan opsi universitas lain di luar AS jika diperlukan. LPDP akan terus memberikan dukungan dan informasi yang relevan kepada para penerima beasiswa."

Apa langkah yang sebaiknya diambil mahasiswa yang terkena dampak langsung, saran dari Joko?

Konselor pendidikan, Najeela Shihab, menyarankan, "Mahasiswa yang terkena dampak langsung sebaiknya segera menghubungi kantor urusan internasional universitas mereka untuk mendapatkan bantuan dan informasi terkait opsi transfer atau langkah hukum yang bisa diambil. Jangan panik dan tetap tenang dalam menghadapi situasi ini."

Bagaimana pandangan akademisi Indonesia tentang kebebasan akademik di AS, menurut Rina?

Rektor Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, menyampaikan, "Kebebasan akademik adalah pilar penting dalam pendidikan tinggi. Tindakan yang membatasi kebebasan akademik, apalagi berdasarkan pertimbangan politik, sangat disayangkan. Kami berharap situasi ini bisa segera diselesaikan dengan cara yang adil dan transparan."