Ketahui Imbas Keracunan Massal MBG Bogor, Badan Gizi Beri Teguran Keras SPPG untuk evaluasi standar keamanan pangan
Senin, 12 Mei 2025 oleh jurnal
Kasus Keracunan Massal di Bogor, Badan Gizi Nasional Beri Teguran Keras
Kasus keracunan massal yang menimpa sejumlah siswa di Kota Bogor, Jawa Barat, akibat makanan yang disediakan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), mendapat perhatian serius dari Badan Gizi Nasional (BGN). BGN langsung mengambil tindakan tegas sebagai respons terhadap kejadian tersebut.
Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menyatakan dalam rilis resminya pada Senin (12/5), bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam jika terjadi kasus serupa. "Jika terjadi seperti ini, kami itu biasa langsung ambil tindakan," tegasnya.
Langkah pertama yang diambil adalah pengecekan sampel makanan untuk memastikan penyebab keracunan. "Satu, cek sampel makanannya. Benar enggak, ini valid enggak? Memang benar dari makanannya gitu kan. Sampel makanan selalu ada. Kalau memang valid itu sampel makanan. Misalnya, ada tongkol yang kurang baik, maka kami melakukan teguran keras kepada Satuan Pelayanan," jelas Tigor.
Selain itu, BGN memastikan bahwa seluruh korban keracunan mendapatkan asuransi untuk menanggung biaya pengobatan. Pihaknya juga akan bekerja sama dengan Puskesmas setempat untuk menjamin seluruh biaya pengobatan ditanggung.
Untuk mencegah kejadian serupa terulang, BGN berencana memberikan pelatihan tambahan kepada SPPG, khususnya bagi para penjamah makanan. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dan kemampuan mereka dalam memilih dan mengolah bahan makanan yang aman.
Tigor juga menekankan bahwa BGN tidak akan segan-segan menghentikan kerja sama dengan pemasok bahan makanan jika ditemukan ketidaksegaran atau kejanggalan lainnya. "Penjamah makanannya yang dia kurang waspada dalam membeli bahan makanan. Membeli bahan makanan kan itu dengan supplier ya. Nah, dia harus cek supplier itu dari mana dia dapatnya," ujarnya.
"Kalau sumbernya itu dari bahan makanan, jadi bahan makanannya harus kita cek dari mana asal supplier-nya. Begitu kita tahu supplier-nya, maka kita akan berikan teguran ke supplier tersebut. Kalau dia tidak ada perbaikan, kita setop supplier tersebut," lanjut Tigor.
Sementara itu, Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengungkapkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh Labkesda Kota Bogor. Hasilnya menunjukkan adanya dua jenis bakteri penyebab keracunan, yaitu Escherichia coli (E.coli) dan Salmonella.
Kedua bakteri tersebut terdeteksi pada menu telur ceplok berbumbu barbekyu dan tumis tahu toge, dua hidangan yang disediakan oleh SPPG Bina Insani kepada 210 siswa yang kemudian mengalami gejala keracunan.
Keracunan makanan bisa dicegah dengan langkah-langkah sederhana. Yuk, simak tips berikut agar makanan yang kita konsumsi selalu aman dan sehat:
1. Cuci Tangan dengan Benar - Sebelum menyiapkan atau mengonsumsi makanan, pastikan tangan bersih dari kuman. Gunakan sabun dan air mengalir, gosok selama minimal 20 detik. Contohnya, sebelum membuat sandwich untuk anak, cuci tangan terlebih dahulu.
2. Pisahkan Makanan Mentah dan Matang - Gunakan talenan dan peralatan masak yang berbeda untuk makanan mentah dan matang. Ini mencegah kontaminasi silang. Misalnya, jangan gunakan talenan yang sama untuk memotong ayam mentah dan sayuran yang akan dimakan mentah.
3. Masak Makanan Hingga Matang Sempurna - Pastikan makanan dimasak pada suhu yang tepat untuk membunuh bakteri berbahaya. Gunakan termometer makanan untuk memeriksa suhu internal. Contohnya, daging ayam harus mencapai suhu internal minimal 74°C.
4. Simpan Makanan dengan Benar - Makanan yang mudah rusak harus segera disimpan di lemari es dalam wadah tertutup. Jangan biarkan makanan berada di suhu ruangan lebih dari 2 jam. Misalnya, sisa makanan dari makan malam harus segera didinginkan setelah selesai makan.
5. Perhatikan Kebersihan Peralatan Makan dan Masak - Peralatan makan dan masak harus dicuci bersih setelah digunakan. Pastikan tidak ada sisa makanan yang menempel. Contohnya, cuci piring dan gelas segera setelah digunakan, jangan biarkan menumpuk di wastafel.
Apa yang sebaiknya dilakukan setelah mengetahui ada kasus keracunan makanan seperti yang dialami siswa di Bogor, menurut pendapat Bapak Budi?
Menurut Bapak Budi Santoso, seorang ahli kesehatan masyarakat, "Setelah mengetahui adanya kasus keracunan makanan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi sumbernya secepat mungkin. Kemudian, segera berikan penanganan medis yang tepat kepada korban. Penting juga untuk melaporkan kejadian ini kepada pihak berwenang agar dapat dilakukan investigasi lebih lanjut dan mencegah kejadian serupa di masa depan."
Bagaimana cara memastikan supplier bahan makanan yang digunakan aman dan berkualitas, menurut Ibu Ani?
Ibu Ani Rahmawati, seorang pengusaha kuliner, berpendapat, "Untuk memastikan supplier bahan makanan aman dan berkualitas, lakukan survei dan pilih supplier yang memiliki reputasi baik dan sertifikasi keamanan pangan. Lakukan pengecekan berkala terhadap kualitas bahan makanan yang diterima, dan jangan ragu untuk menolak jika ada yang tidak sesuai standar. Komunikasi yang baik dengan supplier juga sangat penting untuk memastikan mereka memahami standar kualitas yang kita harapkan."
Apa peran penting pelatihan bagi penjamah makanan dalam mencegah keracunan, menurut Pak Joko?
Pak Joko Susilo, seorang ahli gizi, menjelaskan, "Pelatihan bagi penjamah makanan sangat krusial karena mereka adalah garda terdepan dalam menjaga keamanan pangan. Melalui pelatihan, mereka akan dibekali dengan pengetahuan tentang higiene sanitasi, cara memilih bahan makanan yang baik, teknik memasak yang benar, dan cara menyimpan makanan dengan aman. Dengan demikian, risiko terjadinya keracunan makanan dapat diminimalkan."
Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua jika anak mengalami gejala keracunan makanan, menurut Dr. Rina?
Menurut Dr. Rina Wijaya, seorang dokter anak, "Jika anak mengalami gejala keracunan makanan seperti mual, muntah, diare, atau sakit perut, segera berikan oralit untuk mencegah dehidrasi. Jika gejala tidak membaik atau semakin parah, segera bawa anak ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat."