Inilah Paus Leo XIV Resmi Terpilih, Mengapa Tak Ada Paus Perempuan? Terungkap fakta menarik di baliknya
Minggu, 18 Mei 2025 oleh jurnal
Paus Leo XIV Terpilih: Mengapa Tak Pernah Ada Paus Perempuan?
Setelah kepergian Paus Fransiskus pada April 2025, dunia Katolik baru saja menyambut pemimpin baru. Konklaf 2025 telah memilih Paus Leo XIV sebagai Paus ke-267, sebuah momen yang disambut meriah oleh umat Katolik di seluruh dunia. Namun, pernahkah kita bertanya-tanya mengapa semua Paus adalah laki-laki? Mari kita telusuri lebih dalam tentang proses pemilihan Paus dan alasan di balik tradisi ini.
Paus Leo XIV: Harapan Baru Gereja Katolik
Pemilihan Paus baru selalu menjadi peristiwa penting. Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025, para kardinal berkumpul dalam konklaf. Pada 8 Mei 2025, asap putih mengepul dari Kapel Sistina, menandakan terpilihnya Paus baru. Kardinal Robert Francis Prevost kemudian tampil di balkon Basilika Santo Petrus sebagai Paus Leo XIV. Beliau adalah Paus pertama dari Ordo Agustinus dan Paus kedua yang berasal dari benua Amerika.
Paus Leo XIV, yang baru diangkat menjadi kardinal pada tahun 2023, dipilih karena pengalamannya yang luas di Amerika Latin, keselarasan visinya dengan Paus Fransiskus, dan gaya kepemimpinannya yang bijaksana. Dalam sambutannya, Paus Leo XIV menekankan pentingnya persatuan dalam Kristus, sesuai dengan semboyan episkopalnya, "In illo uno unum" (Dalam Yang Satu, kita menjadi satu). Semboyan ini mencerminkan semangat pelayanan dan kesederhanaan yang akan menjadi ciri khas kepemimpinannya.
Robert Francis Prevost lahir pada 14 September 1955 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Perjalanannya menjadi Paus tidaklah mudah. Sejak muda, ia tertarik pada kehidupan religius, belajar di Seminari Kecil Ordo Agustinus dan melanjutkan pendidikan di Villanova University, meraih gelar Sarjana Matematika pada tahun 1977. Ia kemudian menempuh pendidikan teologi di Catholic Theological Union, Chicago, dan belajar Hukum Kanonik di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas (Angelicum), meraih gelar doktor pada tahun 1987 dengan disertasi tentang peran prior lokal dalam Ordo Santo Agustinus.
Sebagai pengganti Paus Fransiskus, Paus Leo XIV tidak menerima gaji tradisional. Namun, Vatikan menyediakan tunjangan berupa tempat tinggal, makanan, transportasi, dan kebutuhan lainnya. Pendapatan Vatikan sendiri berasal dari sumbangan.
Mengapa Tidak Pernah Ada Paus Perempuan?
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa tidak pernah ada Paus perempuan. Kandidat Paus haruslah seorang pria Katolik yang telah dibaptis dan dipilih oleh para kardinal dalam konklaf. Persyaratan ini berkaitan dengan peran Paus sebagai Uskup Roma dan pemimpin Gereja Katolik sedunia, yang harus ditahbiskan sebagai imam. Penahbisan imam dalam tradisi Katolik hanya dikhususkan bagi pria.
Pada tahun 1994, Paus Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa perempuan tidak dapat ditahbiskan sebagai imam, yang merupakan syarat untuk menjadi Paus. Selain itu, seorang Paus tidak boleh menikah, sesuai dengan tradisi Gereja Katolik.
Gereja Katolik berpegang pada ajaran bahwa Yesus memilih 12 rasul laki-laki sebagai murid-Nya, dan para rasul kemudian memilih laki-laki juga untuk meneruskan tugas pelayanan. Petinggi gereja merasa wajib setia pada pilihan Yesus tersebut.
Michele Dillon, seorang sosiolog dari Universitas New Hampshire, menjelaskan bahwa "jika Yesus menginginkan perempuan menjadi pendeta, ia akan memanggil mereka untuk menjadi rasul-rasulnya.” Meskipun banyak umat Katolik mendukung gagasan untuk memperbolehkan wanita ditahbiskan, kemungkinan gereja akan mengubah pendiriannya sangatlah kecil.
Paus Fransiskus juga menegaskan kembali pada tahun 2023 bahwa aturan penahbisan dikhususkan untuk pria. Persyaratan lain untuk menjadi Paus termasuk usia minimal 35 tahun dan pendidikan formal dalam studi Alkitab, teologi, atau hukum kanon.
Meskipun peran Paus hanya dikhususkan untuk pria, perempuan tetap memegang peran penting dalam pelayanan Yesus dan kehidupan keagamaan dalam kepercayaan Katolik.
Ingin lebih memahami tradisi pemilihan Paus dan peran pentingnya dalam Gereja Katolik? Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa kamu ikuti:
1. Pelajari Sejarah Kepausan - Cari tahu tentang sejarah kepausan dari awal hingga sekarang. Memahami bagaimana peran Paus berkembang sepanjang waktu akan memberikan konteks yang lebih dalam tentang mengapa tradisi tertentu dipertahankan. Misalnya, baca buku atau artikel tentang sejarah Paus dan peran mereka dalam membentuk Gereja Katolik.
Dengan mempelajari sejarah, kita bisa mengerti mengapa tradisi tertentu masih dijaga hingga kini.
2. Pahami Proses Konklaf - Konklaf adalah proses pemilihan Paus yang sangat unik. Pelajari bagaimana para kardinal berkumpul, berdoa, dan memilih Paus baru. Cari tahu tentang aturan-aturan yang berlaku selama konklaf, seperti kerahasiaan dan pemungutan suara. Contohnya, tonton dokumenter atau baca artikel yang menjelaskan langkah-langkah dalam konklaf.
Mengetahui proses konklaf akan membuat kita lebih mengapresiasi betapa sakral dan pentingnya pemilihan Paus.
3. Kenali Tokoh-tokoh Penting dalam Gereja Katolik - Selain Paus, ada banyak tokoh penting lainnya dalam Gereja Katolik, seperti para kardinal, uskup, dan teolog. Pelajari tentang peran dan tanggung jawab mereka. Contohnya, ikuti berita atau baca biografi tokoh-tokoh penting dalam Gereja Katolik.
Memahami peran tokoh-tokoh ini akan membantu kita melihat bagaimana Gereja Katolik berfungsi sebagai sebuah organisasi.
4. Diskusi dengan Umat Katolik Lain - Salah satu cara terbaik untuk memahami kepercayaan dan tradisi Katolik adalah dengan berbicara langsung dengan umat Katolik lainnya. Tanyakan pendapat mereka tentang peran Paus dan mengapa tradisi tertentu dipertahankan. Contohnya, bergabunglah dengan kelompok diskusi atau forum online yang membahas topik-topik keagamaan.
Berdiskusi dengan orang lain akan membuka wawasan kita dan memberikan perspektif yang berbeda.
Mengapa ya, kira-kira, menurut Mbak Siti, Paus harus laki-laki?
Menurut Romo Antonius Subianto Bunjamin, OSC, "Tradisi Gereja Katolik saat ini membatasi penahbisan imam hanya untuk pria, dan karena Paus adalah Uskup Roma, yang juga seorang imam, maka secara otomatis Paus harus laki-laki. Ini adalah interpretasi dari ajaran dan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad."
Apakah benar, kata Mas Budi, kalau Paus itu tidak digaji?
Menurut pengamat Vatikan, Dr. Cecilia Gandarsih, "Memang benar bahwa Paus tidak menerima gaji dalam arti tradisional. Namun, Vatikan menyediakan semua kebutuhan Paus, termasuk tempat tinggal, makanan, transportasi, dan fasilitas lainnya. Semua ini dibiayai dari sumbangan dan pendapatan Vatikan."
Bagaimana sih, Bu Ani, proses pemilihan Paus itu?
Menurut Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, "Pemilihan Paus dilakukan melalui konklaf, di mana para kardinal di bawah usia 80 tahun berkumpul di Kapel Sistina. Mereka berdoa dan melakukan pemungutan suara secara rahasia sampai ada seorang kandidat yang mendapatkan dua pertiga suara plus satu. Setelah terpilih, Paus baru akan menerima jabatannya dan diperkenalkan kepada dunia."
Apakah mungkin, kata Dik Dono, suatu hari nanti ada Paus perempuan?
Menurut sejarawan Gereja, Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ, "Saat ini, kemungkinan seorang perempuan menjadi Paus sangat kecil, mengingat tradisi dan ajaran Gereja Katolik yang membatasi penahbisan imam hanya untuk pria. Namun, perubahan dalam doktrin Gereja selalu mungkin terjadi, meskipun membutuhkan waktu dan proses yang panjang."