Inilah Kisah Habibie, Mengubah Krisis Dolar Rp16.800 ke Rp6.550, Inspirasi Bagi Bangsa!

Minggu, 18 Mei 2025 oleh jurnal

Inilah Kisah Habibie, Mengubah Krisis Dolar Rp16.800 ke Rp6.550, Inspirasi Bagi Bangsa!

Belajar dari Habibie: Bagaimana Rupiah Menguat dari Rp16.800 ke Rp6.550?

Di tengah gejolak ekonomi global, nilai tukar rupiah menunjukkan sinyal positif terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sentimen ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed dan data ekonomi AS yang kurang memuaskan. Namun, tahukah Anda, Indonesia pernah mengalami situasi yang jauh lebih buruk?

Dua dekade lalu, tepatnya pada tahun 1998, nilai tukar dolar AS sempat mencapai titik nadir, menyentuh angka Rp16.800. Krisis moneter ini tidak hanya menghantam ekonomi, tetapi juga memicu krisis politik yang berujung pada tumbangnya rezim Orde Baru setelah 32 tahun berkuasa. Pergantian kepemimpinan ke tangan B.J. Habibie, seorang teknokrat yang dikenal sebagai "Bapak Teknologi," awalnya disambut skeptis. Banyak yang meragukan kemampuannya mengatasi krisis ekonomi yang dahsyat itu.

Bahkan tokoh sekaliber Lee Kuan Yew, Perdana Menteri Singapura saat itu, pesimis dengan prospek rupiah di bawah kepemimpinan Habibie. Beliau dianggap bukan seorang ekonom, melainkan seorang insinyur pesawat terbang yang proyek-proyeknya dianggap pemborosan oleh para kritikus Orde Baru. Anggapan ini semakin kuat karena Habibie masih dianggap sebagai bagian dari rezim yang baru saja runtuh.

Namun, Habibie membuktikan anggapan tersebut salah. Dengan serangkaian kebijakan berani dan strategis, beliau berhasil menjinakkan dolar dan membawa rupiah kembali ke level yang lebih stabil. Bagaimana caranya?

Tiga Langkah Jitu Habibie Menstabilkan Rupiah

  1. Restrukturisasi Perbankan yang Ambruk

    Salah satu akar masalah krisis 1998 adalah sektor perbankan yang rapuh. Kebijakan Paket Oktober 1988 yang memudahkan pendirian bank, tanpa diimbangi pengawasan yang ketat, mengakibatkan banyak bank tumbang saat krisis melanda. Nasabah panik dan menarik dana secara besar-besaran.

    Habibie fokus membenahi sektor perbankan. Beliau mencabut aturan yang mempermudah pendirian bank dan melakukan restrukturisasi. Salah satu langkah krusial adalah menggabungkan empat bank pemerintah menjadi satu entitas yang lebih kuat, yaitu Bank Mandiri.

  2. Independensi Bank Indonesia

    Habibie menyadari pentingnya independensi bank sentral. Melalui UU No. 23 tahun 1999, beliau memisahkan Bank Indonesia (BI) dari pemerintah. Dalam otobiografinya, "B.J. Habibie: Detik-detik yang Menentukan," beliau menyebut kebijakan ini sebagai langkah terbaik untuk menguatkan rupiah. BI harus independen, objektif, dan bebas dari intervensi politik agar dapat menjalankan kebijakan moneter secara efektif.

    Kebijakan moneter Habibie mengatasi krisis melalui penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). SBI diterbitkan dengan bunga tinggi dengan tujuan agar bank-bank kembali dipercaya masyarakat. Jika ini terjadi, maka masyarakat akan kembali menabung, sehingga menurunkan peredaran uang di masyarakat.

  3. Pengendalian Harga Bahan Pokok

    Habibie memahami bahwa kebutuhan dasar rakyat harus terpenuhi, terutama di masa sulit. Oleh karena itu, beliau mempertahankan harga listrik dan BBM subsidi agar tidak naik, sehingga harga bahan pokok tetap terjangkau di tengah krisis.

    Meskipun kebijakan ini menuai kontroversi, Habibie juga mengimbau masyarakat untuk berpuasa sebagai bentuk penghematan. "Ketika terjadi masa krisis saat B.J. Habibie diangkat menjadi presiden, ia menganjurkan rakyat melakukan puasa Senin-Kamis," tulis A. Makmur Makka dalam biografi Habibie, "Inspirasi Habibie."

Kombinasi ketiga langkah ini terbukti ampuh. Kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia berangsur-angsur pulih. Aliran dana investor kembali masuk, dan yang terpenting, nilai tukar dolar AS berhasil dikendalikan dan turun drastis ke level Rp6.550.

Belajar dari pengalaman krisis 1998, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menjaga stabilitas keuangan pribadi dan keluarga di masa-masa sulit. Yuk, simak tips berikut ini:

1. Diversifikasi Investasi - Jangan menyimpan seluruh telur dalam satu keranjang. Sebarkan investasi Anda ke berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, reksa dana, atau properti. Diversifikasi membantu mengurangi risiko kerugian jika salah satu investasi mengalami penurunan.

Contohnya, jika Anda memiliki dana lebih, jangan hanya menyimpan di deposito. Cobalah berinvestasi juga di reksa dana pasar uang atau obligasi pemerintah.

2. Kelola Utang dengan Bijak - Hindari mengambil utang konsumtif yang tidak perlu. Prioritaskan pembayaran utang yang berbunga tinggi, seperti kartu kredit. Jika memungkinkan, lakukan refinancing untuk mendapatkan suku bunga yang lebih rendah.

Misalnya, jika Anda memiliki beberapa kartu kredit dengan bunga yang berbeda, fokuslah melunasi kartu dengan bunga tertinggi terlebih dahulu.

3. Buat Anggaran dan Catat Pengeluaran - Dengan membuat anggaran, Anda bisa mengontrol pengeluaran dan memastikan bahwa uang Anda dialokasikan untuk kebutuhan yang penting. Catat setiap pengeluaran, sekecil apapun, agar Anda tahu ke mana uang Anda pergi.

Gunakan aplikasi pencatat keuangan atau spreadsheet sederhana untuk membantu Anda melacak pengeluaran dan membuat anggaran yang realistis.

4. Siapkan Dana Darurat - Dana darurat adalah tabungan yang khusus digunakan untuk menghadapi kejadian tak terduga, seperti sakit, kehilangan pekerjaan, atau kerusakan rumah. Idealnya, dana darurat mencukupi untuk 3-6 bulan biaya hidup.

Sisihkan sebagian kecil dari penghasilan Anda setiap bulan untuk membangun dana darurat. Semakin cepat Anda memiliki dana darurat, semakin tenang Anda menghadapi masa-masa sulit.

Apa saja faktor utama yang menyebabkan krisis moneter 1998 menurut Bapak Bambang?

Menurut Dr. Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan RI periode 2014-2016, krisis moneter 1998 disebabkan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, termasuk fundamental ekonomi yang lemah, utang luar negeri yang besar, dan sentimen negatif pasar terhadap Indonesia. "Ketergantungan yang tinggi pada dolar AS membuat Indonesia sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar," ujarnya.

Bagaimana pendapat Ibu Susi mengenai kebijakan Habibie memisahkan BI dari pemerintah?

Menurut Ibu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, kebijakan Habibie memisahkan BI dari pemerintah adalah langkah yang sangat tepat dan visioner. "Independensi BI sangat penting untuk menjaga stabilitas moneter dan kredibilitas kebijakan ekonomi," katanya. "Dengan independensi, BI dapat mengambil keputusan yang objektif dan tidak terpengaruh oleh kepentingan politik jangka pendek."

Apa pandangan Mas Joko tentang pentingnya pengendalian harga bahan pokok di masa krisis?

Menurut Bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, pengendalian harga bahan pokok adalah kunci untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama di masa krisis. "Pemerintah harus hadir untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan bahan pokok bagi seluruh rakyat," ujarnya. "Jika harga bahan pokok stabil, masyarakat tidak akan panik dan ekonomi akan tetap berjalan."

Apakah saran Mbak Rini untuk generasi muda agar tidak terjerat krisis keuangan?

Menurut Ibu Rini Soemarno, Menteri BUMN periode 2014-2019, generasi muda harus memiliki literasi keuangan yang baik dan merencanakan keuangan mereka dengan bijak. "Mulailah berinvestasi sejak dini, kelola utang dengan hati-hati, dan siapkan dana darurat," sarannya. "Jangan terjebak gaya hidup konsumtif yang berlebihan. Prioritaskan kebutuhan daripada keinginan."

Menurut Bapak Anton, seberapa pentingkah kepercayaan publik terhadap bank di saat krisis?

Menurut Bapak Anton Gunawan, Ekonom Senior, kepercayaan publik terhadap bank sangat krusial dalam mengatasi krisis keuangan. "Ketika masyarakat kehilangan kepercayaan, mereka akan menarik dana dari bank, yang dapat memperburuk kondisi perbankan," jelasnya. "Pemerintah dan regulator harus bekerja keras untuk memulihkan dan menjaga kepercayaan publik dengan transparansi dan kebijakan yang kredibel."

Apa komentar Ibu Maya tentang dampak puasa Senin-Kamis pada stabilitas ekonomi?

Menurut Ibu Maya Rumantir, Tokoh Masyarakat, imbauan untuk berpuasa Senin-Kamis oleh Presiden Habibie adalah simbol keprihatinan dan ajakan untuk berhemat. "Meskipun dampaknya secara ekonomi mungkin tidak signifikan, pesan moralnya sangat kuat," ujarnya. "Puasa mengingatkan kita untuk hidup sederhana dan berbagi dengan sesama, yang dapat memperkuat solidaritas sosial di masa sulit."