Inilah Kemen PPPA Murka! Kecam Grup 'Fantasi Sedarah,' Minta Polisi Bertindak usut tuntas kasus ini.

Minggu, 18 Mei 2025 oleh jurnal

Inilah Kemen PPPA Murka! Kecam Grup 'Fantasi Sedarah,' Minta Polisi Bertindak usut tuntas kasus ini.

Geger Grup 'Fantasi Sedarah' di Facebook, Kemen PPPA Gerak Cepat!

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menunjukkan reaksi keras terhadap munculnya grup Facebook bernama '' yang kontennya menjurus pada praktik inses. Melihat potensi bahaya yang ditimbulkan, Kemen PPPA mendesak pihak kepolisian untuk segera menindaklanjuti kasus ini.

Menurut Kemen PPPA, koordinasi intensif telah dilakukan dengan Direktorat Tindak Pidana Perempuan dan Anak serta Tindak Pidana Perdagangan Orang (PPA-PPO) Polri. Grup tersebut dianggap bukan hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga mengandung unsur eksploitasi seksual yang sangat merugikan.

"Kami sangat berharap laporan ini bisa segera ditindaklanjuti oleh Direktorat Tindak Pidana Siber. Tujuannya jelas, untuk menyelidiki siapa pembuat, pengelola, dan anggota aktif grup tersebut. Jika ditemukan bukti pelanggaran, proses hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Ini penting untuk memberikan efek jera dan melindungi masyarakat, terutama anak-anak, dari dampak negatif konten yang menyimpang," tegas Sekretaris Kemen PPPA, Titi Eko Rahayu, dalam keterangan resminya pada Sabtu (17/5/2025).

Titi menambahkan, diskusi yang terjadi di dalam grup tersebut sudah memenuhi unsur tindak pidana. Diduga kuat, para anggota aktif menyebarkan konten bermuatan seksual, terutama yang berkaitan dengan inses dan eksploitasi seksual anak.

Untuk menjerat pelaku, pihak kepolisian dapat menggunakan sejumlah pasal yang relevan, antara lain Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

"Keberadaan grup semacam ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai moral yang kita junjung tinggi. Lebih dari itu, ini mengancam keselamatan dan masa depan anak-anak Indonesia. Fantasi seksual yang melibatkan inses bukan hanya tidak pantas, tetapi juga berpotensi merusak persepsi masyarakat tentang hubungan keluarga yang sehat," ujar Titi dengan nada prihatin.

Kemen PPPA juga mengimbau pihak Facebook untuk lebih responsif dalam menanggapi laporan terkait konten eksploitasi seksual atau konten lain yang membahayakan perempuan dan anak-anak.

"Penyedia platform memiliki tanggung jawab etis dan hukum untuk memastikan ruang digital tetap aman dan bersih bagi semua penggunanya," tandasnya.

Kasus ini menjadi pengingat pentingnya edukasi literasi digital dan seksualitas yang sehat. Keluarga memiliki peran sentral dalam membentuk karakter, nilai moral, dan kebiasaan sosial anak. Peran ini tidak bisa digantikan oleh teknologi digital.

"Kemen PPPA, bersama dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat, dinas PPPA daerah, dan para relawan, secara rutin mengadakan kampanye literasi digital untuk anak-anak dan orang tua. Tujuannya agar mereka lebih bijak dan waspada dalam menggunakan media sosial," jelasnya.

"Oleh karena itu, kami terus mendorong dan mengedukasi para orang tua untuk mendiskusikan aturan penggunaan internet dengan anak-anak mereka. Selain itu, penting juga untuk mengajarkan cara melaporkan konten yang tidak sesuai," imbuh Titi.

Bagi masyarakat yang menemukan kasus eksploitasi seksual, kekerasan terhadap anak perempuan dan anak, atau aktivitas mencurigakan di dunia maya, Kemen PPPA menyediakan kanal pengaduan melalui layanan call center SAPA 129 dan WhatsApp 08111-129-129.

Polisi Bergerak Cepat Selidiki Grup Facebook 'Fantasi Sedarah'

Sementara itu, Direktur Siber Polda Metro Jaya, Kombes Roberto Pasaribu, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan terhadap grup Facebook tersebut sejak seminggu yang lalu.

"Benar, kami sudah memulai proses penyelidikan sejak minggu lalu," kata Roberto saat dikonfirmasi oleh detikcom pada Jumat (16/5).

Roberto memastikan bahwa akun grup tersebut kini telah ditutup. Penutupan ini dilakukan karena grup tersebut terbukti melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh Meta.

"Akun grup tersebut sudah ditutup/ditangguhkan/dihapus oleh provider FB Meta karena melanggar aturan," jelasnya.

(Simak juga Video: Siber Polda Metro Jaya Siap Selidiki Grup Facebook 'Fantasi Sedarah')

Yuk, simak beberapa tips praktis agar anak-anak kita aman dari konten negatif di internet. Ini penting banget, lho, untuk masa depan mereka!

1. Aktif Berkomunikasi dengan Anak tentang Penggunaan Internet - Ajak anak berdiskusi tentang apa saja yang mereka lakukan di internet. Tanyakan situs apa yang sering dikunjungi, aplikasi apa yang digunakan, dan dengan siapa mereka berinteraksi. Dengan begitu, kita bisa lebih memahami dunia digital mereka dan memberikan arahan yang tepat. Misalnya, saat anak bercerita tentang game online yang sedang dimainkan, kita bisa mencari tahu lebih lanjut tentang game tersebut dan memastikan kontennya sesuai dengan usia anak.

2. Manfaatkan Fitur Pengawasan Orang Tua (Parental Control) - Hampir semua perangkat dan platform digital menyediakan fitur pengawasan orang tua. Fitur ini memungkinkan kita untuk membatasi akses anak ke situs-situs tertentu, memantau aktivitas online mereka, dan mengatur waktu penggunaan perangkat. Misalnya, kita bisa menggunakan Google Family Link untuk memantau aktivitas anak di perangkat Android mereka dan memblokir aplikasi yang tidak sesuai.

3. Ajarkan Anak untuk Tidak Mudah Percaya pada Orang Asing di Internet - Ingatkan anak bahwa tidak semua orang di internet adalah seperti yang mereka lihat. Ajarkan mereka untuk tidak memberikan informasi pribadi kepada orang asing, seperti nama lengkap, alamat rumah, atau nomor telepon. Jelaskan juga bahaya bertemu dengan orang yang dikenal hanya dari internet tanpa pengawasan orang dewasa. Misalnya, kita bisa memberikan contoh kasus penipuan online atau pelecehan yang sering terjadi di media sosial.

4. Berikan Contoh yang Baik dalam Penggunaan Internet - Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memberikan contoh yang baik dalam menggunakan internet. Hindari menyebarkan berita bohong (hoax), berkomentar negatif, atau mengakses situs-situs yang tidak pantas di depan anak. Misalnya, kita bisa menunjukkan bagaimana cara mencari informasi yang benar di internet atau menggunakan media sosial secara positif.

Apa tindakan yang sebaiknya dilakukan jika saya menemukan grup mencurigakan seperti ini, menurut pendapat Ibu Ani?

Ani, seorang psikolog anak, menjawab: "Jika Anda menemukan grup yang mencurigakan, segera laporkan ke pihak berwajib atau platform media sosial tempat grup tersebut berada. Jangan ragu untuk bertindak, karena laporan Anda bisa mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dan melindungi anak-anak dari potensi bahaya."

Bagaimana cara terbaik untuk menjelaskan bahaya inses kepada anak-anak, menurut Bapak Budi?

Budi, seorang ahli parenting, mengatakan: "Jelaskan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak. Tekankan bahwa hubungan seksual hanya boleh dilakukan oleh orang dewasa yang sudah menikah dan saling mencintai. Berikan contoh hubungan keluarga yang sehat dan harmonis, serta ajarkan anak untuk selalu menjaga diri dan melaporkan jika ada orang yang membuat mereka merasa tidak nyaman."

Apa peran penting sekolah dalam mencegah penyebaran konten negatif di kalangan siswa, menurut pendapat Ibu Citra?

Citra, seorang guru BK, menjelaskan: "Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan edukasi tentang literasi digital dan seksualitas yang sehat kepada siswa. Selain itu, sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang mereka hadapi di dunia maya. Dengan begitu, siswa akan lebih terbuka dan tidak ragu untuk melaporkan jika mereka menemukan konten yang tidak pantas atau menjadi korban cyberbullying."

Sebagai pengguna media sosial, apa yang bisa saya lakukan untuk membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih aman, menurut Mas Dedi?

Dedi, seorang influencer media sosial, menyarankan: "Sebagai pengguna media sosial, kita memiliki tanggung jawab untuk melaporkan konten-konten yang melanggar aturan dan tidak pantas. Selain itu, kita juga bisa menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi yang positif dan bermanfaat, serta mengedukasi masyarakat tentang bahaya konten negatif. Dengan begitu, kita bisa berkontribusi dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan sehat bagi semua."