Google Jual Teknologi Masa Depan ke Israel, Karyawan Bersatu Melawan Kontroversi Memanas
Rabu, 30 April 2025 oleh jurnal
Google Diprotes Karyawan Lagi, Kali Ini Soal Teknologi AI untuk Israel
Ketegangan antara Google dan sebagian karyawannya kembali memanas. Setelah kontroversi penjualan layanan cloud ke Kementerian Pertahanan Israel, kini giliran divisi kecerdasan buatan, DeepMind, yang menjadi pusat perhatian. Rencana Google untuk menjual teknologi AI ke perusahaan pertahanan Israel memicu gelombang protes baru dari dalam perusahaan.
Financial Times melaporkan bahwa sekitar 300 karyawan DeepMind telah bergabung dengan Serikat Pekerja Komunikasi (CWU) sebagai bentuk perlawanan terhadap rencana tersebut. Langkah ini diambil menyusul ketidakpuasan yang meluas di kalangan karyawan Google terhadap hubungan bisnis perusahaan dengan militer Israel.
Sebelumnya, protes karyawan terkait kontrak layanan cloud Google dengan pemerintah Israel berujung pada pemecatan 28 karyawan. CEO Google, Sundar Pichai, berdalih bahwa pemecatan tersebut dilakukan demi menjaga stabilitas bisnis dan mencegah gangguan di lingkungan kerja. Namun, menurut juru bicara grup aktivis 'No Tech for Apartheid', Jane Chung, gelombang pemecatan berlanjut, bahkan menyasar karyawan yang tidak terlibat dalam demonstrasi.
“Pemecatan ini menunjukkan Google berupaya untuk menekan perbedaan dan membungkam para pekerja dengan menunjukkan kekuasaan mereka,” kata Chung kepada Washington Post, dikutip dari Forbes.
Total, lebih dari 50 karyawan Google dipecat setelah menyuarakan dukungan untuk Palestina. Google sendiri mengonfirmasi adanya pemecatan lanjutan setelah melakukan investigasi internal, dengan alasan para karyawan yang dipecat terlibat dalam aktivitas yang mengganggu di kantor. Aktivitas yang dimaksud adalah demonstrasi selama 8 jam di kantor Google di Sunnyvale dan New York City, menentang kemitraan Google dengan pemerintah Israel. Para demonstran khawatir teknologi Google akan digunakan militer Israel untuk melancarkan serangan ke Gaza.
Menyuarakan pendapat di tempat kerja penting, tapi perlu dilakukan dengan bijak. Berikut beberapa tips:
1. Pahami Kebijakan Perusahaan - Ketahui aturan perusahaan terkait penyampaian pendapat. Beberapa perusahaan memiliki prosedur formal yang perlu diikuti.
Misalnya, cek buku panduan karyawan atau tanyakan ke HRD.
2. Sampaikan Pendapat dengan Santun - Gunakan bahasa yang sopan dan hindari konfrontasi. Fokus pada isu, bukan menyerang pribadi.
Contoh: "Saya prihatin dengan dampak proyek ini..." daripada "Kamu salah memutuskan proyek ini..."
3. Berikan Solusi Alternatif - Jangan hanya mengkritik, tapi juga tawarkan solusi yang konstruktif.
Misalnya, jika keberatan dengan strategi pemasaran, berikan usulan strategi alternatif.
4. Dokumentasikan Segalanya - Simpan bukti komunikasi dan dokumentasi terkait pendapat yang Anda sampaikan.
Ini penting untuk melindungi diri jika terjadi kesalahpahaman atau tindakan yang tidak adil.
Apa dampak etis dari penjualan teknologi AI ke militer? (Ditanyakan oleh Ani Wijaya)
Menurut Prof. Budi Santoso, pakar etika teknologi dari Universitas Indonesia, penjualan teknologi AI ke militer menimbulkan dilema etis yang kompleks. Potensi penyalahgunaan teknologi untuk tujuan yang merusak, seperti pelanggaran HAM, harus dipertimbangkan secara serius. Perusahaan teknologi perlu mengembangkan kerangka kerja etis yang ketat untuk memastikan teknologi AI digunakan secara bertanggung jawab.
Bagaimana karyawan bisa menyeimbangkan antara hak bersuara dan kewajiban profesional? (Ditanyakan oleh Bambang Sutrisno)
Hotman Paris Hutapea, pengacara kondang, berpendapat bahwa karyawan memiliki hak untuk menyuarakan pendapat, namun tetap harus menjunjung tinggi profesionalisme. Kritik dan saran sebaiknya disampaikan melalui jalur internal yang tepat dan dengan cara yang konstruktif, tanpa mengganggu operasional perusahaan.
Apa peran serikat pekerja dalam melindungi hak karyawan? (Ditanyakan oleh Cindy Permata)
Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), menjelaskan bahwa serikat pekerja berperan sebagai wadah bagi karyawan untuk bersuara dan memperjuangkan hak-hak mereka secara kolektif. Serikat pekerja dapat melakukan negosiasi dengan perusahaan, mediasi, bahkan advokasi hukum untuk melindungi anggotanya dari tindakan yang tidak adil.
Bagaimana Google seharusnya merespons protes karyawannya? (Ditanyakan oleh Dedi Kusuma)
Rosan Roeslani, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, menyarankan agar Google membuka dialog yang konstruktif dengan karyawannya. Mendengarkan aspirasi dan kekhawatiran karyawan merupakan langkah penting untuk membangun hubungan industrial yang harmonis dan berkelanjutan.