Facebook Berubah Total, Tetangga RI Rasakan Duluan, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Selasa, 15 April 2025 oleh jurnal

Facebook Berubah Total, Tetangga RI Rasakan Duluan, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Facebook Bertransformasi, Remaja di Negara Tetangga Rasakan Lebih Dulu!

Facebook sedang mengalami perubahan besar-besaran! Raksasa teknologi asal AS ini menanggapi keresahan publik dengan meningkatkan keamanan platformnya, khususnya bagi para remaja. Perubahan ini hadir dalam bentuk fitur baru bernama Teen Accounts, dan menariknya, Australia, tetangga kita, menjadi salah satu negara pertama yang mencicipinya.

Australia sendiri dikenal cukup ketat dalam mengatur penggunaan media sosial bagi anak di bawah umur. Fitur Teen Accounts ini tampaknya menjadi jawaban Facebook atas kekhawatiran pemerintah dan orang tua di sana tentang potensi bahaya media sosial bagi anak-anak. Selain Australia, fitur ini juga diluncurkan di AS, Inggris, dan Kanada.

Dengan Teen Accounts, pengguna remaja akan otomatis mendapatkan perlindungan ekstra, seperti pembatasan konten yang tidak pantas dan interaksi yang tidak diinginkan. Ini merupakan bagian dari strategi Meta, induk perusahaan Facebook, untuk mengatasi kekhawatiran global tentang dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

Sebelumnya, Meta telah meluncurkan fitur serupa di Instagram pada September lalu, setelah mendapat tekanan dari parlemen AS. Ekspansi ke Facebook dan Messenger ini menunjukkan komitmen Meta dalam melindungi pengguna muda. Remaja di bawah 16 tahun wajib mendapat persetujuan orang tua untuk mengubah pengaturan perlindungan. Mereka juga akan diingatkan untuk beristirahat setelah menggunakan platform selama satu jam dan otomatis masuk ke "Quiet Mode" di malam hari.

"Remaja hanya bisa menerima pesan dari orang yang mereka ikuti atau yang sudah pernah menghubungi mereka sebelumnya," jelas Meta, seperti dikutip dari TechCrunch.

Selain itu, hanya teman yang dapat melihat dan membalas story, serta berinteraksi melalui tag, mention, dan komentar. Di Instagram, Meta juga memperketat aturan. Remaja di bawah 16 tahun tidak bisa melakukan siaran langsung tanpa izin orang tua, dan perlu izin juga untuk menonaktifkan fitur blur pada gambar yang diduga mengandung konten sensitif di pesan langsung.

Meta mengklaim telah memindahkan 54 juta akun remaja ke sistem Teen Accounts di Instagram, dan 97% remaja berusia 13-15 tahun tetap menggunakan perlindungan bawaan ini. Studi Meta bersama Ipsos juga menunjukkan hasil positif, dengan 94% orang tua merasa fitur ini membantu, dan 85% merasa fitur ini memudahkan mereka menciptakan pengalaman positif bagi anak di media sosial.

Dengan Australia sebagai salah satu negara percobaan, bukan tidak mungkin Indonesia juga akan segera merasakan fitur ini. Transformasi ini bisa menjadi awal dari era baru Facebook yang lebih ramah anak.

Berikut beberapa tips untuk menjaga keamanan anak Anda di media sosial:

1. Aktifkan fitur keamanan yang tersedia. - Manfaatkan fitur keamanan yang disediakan platform, seperti kontrol privasi dan pembatasan konten.

Contoh: Aktifkan fitur "Teen Accounts" di Facebook jika tersedia.

2. Bicarakan tentang keamanan online dengan anak. - Edukasi anak tentang bahaya online, seperti cyberbullying dan penipuan.

Contoh: Ajak anak berdiskusi tentang pengalaman mereka di media sosial.

3. Pantau aktivitas anak di media sosial. - Awasi akun media sosial anak secara berkala, tetapi tetap hormati privasi mereka.

Contoh: Gunakan fitur parental control yang tersedia.

4. Batasi waktu penggunaan media sosial. - Tetapkan batasan waktu untuk penggunaan media sosial agar anak tidak kecanduan.

Contoh: Gunakan fitur timer atau aplikasi pengatur waktu.

5. Jadilah contoh yang baik. - Tunjukkan perilaku positif di media sosial agar anak meniru.

Contoh: Hindari menyebarkan berita hoax atau berkomentar negatif.

6. Laporkan konten yang tidak pantas. - Ajari anak untuk melaporkan konten yang tidak pantas atau mengganggu mereka.

Contoh: Laporkan akun yang melakukan cyberbullying.

Apakah fitur Teen Accounts ini benar-benar efektif, Bu Nadila?

Sebagai psikolog anak, Nadila S.Psi., M.Psi. mengatakan: "Fitur ini merupakan langkah positif, tetapi pengawasan orang tua tetaplah penting. Teknologi hanyalah alat bantu, komunikasi dan edukasi tetap kunci utama."

Bagaimana jika anak saya ingin menonaktifkan fitur perlindungan, Pak Budi?

Budi Santoso, pakar keamanan digital, menyarankan: "Ajak anak berdiskusi dan pahami alasannya. Jika perlu, tinjau kembali pengaturan dan berikan pemahaman tentang pentingnya keamanan online."

Kapan kira-kira fitur ini akan tersedia di Indonesia, Pak Anton?

Anton Setiawan, pengamat media sosial, berpendapat: "Belum ada informasi resmi dari Meta, Mbak Rini. Namun, melihat trennya, kemungkinan Indonesia akan menyusul dalam waktu dekat."

Apakah ada cara lain untuk melindungi anak di media sosial selain fitur ini, Ibu Ani?

Ani Wijaya, konsultan parenting, menjelaskan: "Tentu, Pak Bayu. Bangun komunikasi yang terbuka, ajarkan etika bermedia sosial, dan dampingi anak saat menggunakannya."

Bagaimana dampak fitur ini terhadap perkembangan anak di media sosial, Bu Dewi?

Dewi Permata Sari, sosiolog, menganalisis: "Fitur ini berpotensi menciptakan lingkungan media sosial yang lebih aman dan sehat bagi anak, sehingga mereka dapat bereksplorasi dan berinteraksi secara positif, Pak Joko."