Emas, Harapan Baru untuk Mengembalikan Penglihatan yang Hilang Akibat Penyakit

Selasa, 22 April 2025 oleh jurnal

Emas, Harapan Baru untuk Mengembalikan Penglihatan yang Hilang Akibat Penyakit

Emas: Secercah Harapan bagi Penglihatan yang Hilang

Siapa sangka, emas bukan cuma berkilau di jari jemari, tapi juga bisa menjadi secercah harapan bagi mereka yang kehilangan penglihatan. Para ilmuwan di Brown University menemukan potensi luar biasa dari partikel emas nano, yang ukurannya ribuan kali lebih kecil dari sehelai rambut, untuk memulihkan penglihatan. Bayangkan, partikel-partikel kecil ini bisa merangsang sel-sel retina dan mengembalikan fungsi visual, setidaknya pada tikus percobaan.

Didukung oleh National Institutes of Health, studi ini membuka peluang bagi penderita penyakit degeneratif retina, seperti degenerasi makula, untuk melihat kembali dunia. Prosedur yang ditawarkan pun non-invasif, tanpa pembedahan atau rekayasa genetika. Sebuah terobosan yang menjanjikan!

Bagaimana Cara Kerjanya?

Penyakit retina seperti retinitis pigmentosa dan degenerasi makula merusak sel fotoreseptor (batang dan kerucut) yang bertugas mengubah cahaya menjadi sinyal listrik. Namun, sel-sel lain di retina, seperti sel bipolar dan ganglion, seringkali masih utuh. Di sinilah peran partikel emas nano.

Alih-alih memperbaiki fotoreseptor yang rusak, partikel emas ini langsung menargetkan sel-sel sehat yang masih berfungsi. Larutan berisi partikel emas nano disuntikkan ke dalam retina. Ketika disinari cahaya inframerah, partikel-partikel ini memanas secukupnya untuk merangsang sel bipolar dan ganglion, meniru respon alami retina terhadap cahaya.

“Ini seperti prostetik retina baru, berpotensi mengembalikan penglihatan tanpa operasi rumit atau modifikasi genetik,” ujar Jiarui Nie, pemimpin studi tersebut.

Hasil Uji Coba yang Menggembirakan

Penelitian ini dimulai dari retina tikus di cawan petri, lalu berlanjut ke tikus hidup dengan kerusakan retina. Laser inframerah berpola diproyeksikan ke retina yang telah disuntik partikel emas. Hasilnya? Partikel emas berhasil mengaktifkan sel retina sesuai pola cahaya, dan aktivitas ini terlacak melalui sinyal kalsium. Hebatnya, otak tikus, khususnya korteks visual, merespons rangsangan tersebut. Artinya, informasi visual sampai ke otak, menandakan potensi pemulihan penglihatan. Dan yang lebih penting, tidak ada tanda-tanda toksisitas atau peradangan setelah penggunaan partikel emas.

Masa Depan yang Cerah

Para peneliti membayangkan kacamata atau goggle canggih yang dilengkapi kamera mini dan laser inframerah. Kamera akan menangkap gambar, mengubahnya menjadi pulsa laser, dan mengarahkannya ke retina untuk mengaktifkan partikel emas. Metode ini lebih unggul dari prostetik retina berbasis elektroda implan karena hanya memerlukan suntikan intravitreal, prosedur umum dan sederhana dalam oftalmologi.

Keunggulan lainnya adalah cakupan penglihatan yang lebih luas dan penggunaan cahaya inframerah yang tak terlihat, sehingga tidak mengganggu sisa penglihatan pasien. “Partikel ini bisa bertahan di retina selama beberapa bulan tanpa efek samping yang berarti,” tambah Nie. Meskipun masih dalam tahap awal, teknologi ini menawarkan harapan besar bagi mereka yang kehilangan penglihatan akibat kerusakan retina.

Merawat kesehatan mata sangat penting. Berikut beberapa tips untuk menjaga kesehatan mata Anda:

1. Konsumsi makanan bergizi untuk mata. - Nutrisi penting seperti vitamin A, C, E, dan zinc berperan penting dalam menjaga kesehatan mata.

Contohnya, konsumsi wortel, bayam, ikan salmon, dan kacang-kacangan.

2. Istirahatkan mata secara teratur. - Aturan 20-20-20: Setiap 20 menit, alihkan pandangan ke objek berjarak 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik.

Ini membantu mengurangi kelelahan mata, terutama saat bekerja di depan layar komputer.

3. Lindungi mata dari sinar UV. - Gunakan kacamata hitam yang menghalangi sinar UVA dan UVB saat berada di luar ruangan.

Paparan sinar UV berlebihan dapat meningkatkan risiko katarak dan degenerasi makula.

4. Periksa mata secara berkala. - Konsultasikan dengan dokter mata setidaknya setiap dua tahun sekali, atau lebih sering jika Anda memiliki riwayat penyakit mata.

Deteksi dini dapat membantu mencegah masalah penglihatan yang lebih serius.

Apakah terapi partikel emas ini aman, Dr. Amir?

Berdasarkan penelitian sejauh ini, terapi partikel emas nano menunjukkan tingkat keamanan yang menjanjikan tanpa tanda-tanda toksisitas atau peradangan. Namun, penelitian lebih lanjut pada manusia masih diperlukan untuk memastikan keamanannya secara menyeluruh. - Dr. Amir, Spesialis Mata RS Mata Cicendo

Kapan kira-kira teknologi ini tersedia untuk masyarakat, Prof. Widya?

Teknologi ini masih dalam tahap awal penelitian. Masih diperlukan uji klinis lebih lanjut sebelum bisa diaplikasikan pada manusia. Mungkin perlu beberapa tahun lagi sebelum teknologi ini benar-benar siap dan tersedia untuk publik. - Prof. Widya, Peneliti Biomedika Universitas Indonesia

Apakah semua jenis gangguan retina bisa disembuhkan dengan metode ini, Dr. Ratna?

Penelitian saat ini berfokus pada penyakit degeneratif retina seperti degenerasi makula dan retinitis pigmentosa. Efektivitasnya pada jenis gangguan retina lain masih perlu diteliti lebih lanjut. - Dr. Ratna, Dokter Spesialis Mata di Jakarta Eye Center

Berapa perkiraan biaya terapi ini nantinya, Pak Budi?

Masih terlalu dini untuk memperkirakan biaya terapi ini. Banyak faktor yang akan mempengaruhinya, termasuk kompleksitas prosedur dan ketersediaan teknologi. - Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Apakah ada efek samping jangka panjang yang perlu diwaspadai, Ibu Ani?

Sejauh ini, penelitian menunjukkan tidak ada efek samping jangka panjang yang signifikan. Namun, pemantauan dan penelitian berkelanjutan tetap penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas terapi ini dalam jangka panjang. - Dr. Ani, Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Bagaimana cara saya mendapatkan informasi lebih lanjut tentang terapi ini, Pak Iwan?

Anda dapat mencari informasi lebih lanjut melalui jurnal ilmiah, situs web lembaga penelitian terkait, dan konsultasi dengan dokter spesialis mata. - Dr. Iwan, Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI)