Bantuan Dipangkas, Pengungsi Myanmar di Thailand Dihantui Ancaman Kelaparan dan Krisis Kemanusiaan Memburuk
Minggu, 27 April 2025 oleh jurnal
Bayang-bayang Kelaparan Menghantui Pengungsi Myanmar di Thailand Akibat Pemangkasan Bantuan
Puluhan ribu pengungsi Myanmar di Thailand menghadapi ancaman kelaparan yang serius. Pemangkasan dana bantuan luar negeri, inflasi yang tak terkendali, dan meningkatnya kebutuhan pangan telah memaksa lembaga amal untuk mengurangi jatah makanan secara drastis. Situasi ini semakin diperparah oleh larangan pemerintah Thailand bagi pengungsi untuk bekerja di luar kamp, sementara peluang kerja di dalam kamp sangat terbatas.
Krisis Pendanaan dan Dampaknya
The Border Consortium (TBC), aliansi lembaga amal yang menyediakan sebagian besar bantuan pangan ke sembilan kamp pengungsi di perbatasan Thailand-Myanmar, terpaksa memangkas bantuan setelah dana dari Departemen Luar Negeri AS dikurangi. Dana yang diterima hanya cukup untuk bertahan hingga Juli 2025, sementara lonjakan pengungsi pasca kudeta militer 2021 di Myanmar semakin menambah beban.
“Kami menghadapi badai sempurna,” ungkap Leon de Riedmatten, Direktur Eksekutif TBC. “Inflasi, fluktuasi nilai tukar, dan ribuan pengungsi baru membuat pengeluaran kami membengkak. Apa yang kami miliki sekarang tidak cukup untuk memberi makan semua orang dengan porsi yang sama.”
Pemangkasan ini diperkirakan akan berdampak pada lebih dari 80% dari 100.000 pengungsi yang tinggal di kamp-kamp tersebut, sebagian besar telah berada di sana sejak tahun 1980-an.
Makan Lebih Sedikit, atau Bahkan Tidak Sama Sekali
Pengungsi yang paling terdampak adalah mereka yang mengandalkan bantuan pangan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan mereka. Seorang pengungsi di kamp Mae La (bukan nama sebenarnya) mengungkapkan kekhawatirannya. “Kami mungkin hanya bisa makan dua kali sehari, sekali sehari, atau bahkan harus mengurangi porsi makan,” ujarnya dengan nada pasrah.
Malnutrisi Meningkat di Tengah Ketidakpastian
Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya angka malnutrisi, terutama pada anak-anak. Survei terbaru menunjukkan lonjakan malnutrisi kronis, yang dikaitkan dengan gelombang pengungsi baru dari Myanmar. Meskipun TBC memiliki program untuk mendeteksi dan menangani malnutrisi, kekurangan pangan yang berkelanjutan menimbulkan kekhawatiran serius.
Harapan untuk Masa Depan
TBC terus berupaya mencari solusi jangka panjang, termasuk melobi pemerintah Thailand untuk mengizinkan pengungsi bekerja di luar kamp. Namun, usulan ini telah ditolak sebelumnya dengan alasan akan membebani warga negara Thailand. Meskipun demikian, TBC tetap optimis dan berharap dapat menemukan jalan keluar sebelum situasi semakin memburuk.
Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk membantu meringankan beban para pengungsi Myanmar:
1. Donasi ke Lembaga Kemanusiaan - Sumbangan Anda, sekecil apa pun, dapat memberikan dampak besar. Cari lembaga terpercaya yang bekerja langsung dengan pengungsi Myanmar, seperti The Border Consortium atau UNHCR.
2. Sebarkan Informasi - Ceritakan situasi sulit yang dihadapi pengungsi Myanmar kepada teman, keluarga, dan di media sosial. Kesadaran publik dapat mendorong lebih banyak orang untuk membantu.
Contoh: Bagikan artikel ini di media sosial Anda.
3. Dukung Produk Buatan Pengungsi - Jika ada kesempatan, belilah produk atau kerajinan tangan yang dibuat oleh pengungsi. Ini dapat membantu mereka memperoleh penghasilan dan mandiri.
4. Volunteer - Jika Anda memiliki waktu dan keahlian yang relevan, pertimbangkan untuk menjadi sukarelawan di organisasi yang membantu pengungsi.
5. Tulis Surat kepada Perwakilan Pemerintah - Suarakan dukungan Anda untuk kebijakan yang melindungi hak-hak pengungsi dan memberi mereka akses ke pekerjaan dan layanan dasar.
6. Berempati dan Hormati - Ingatlah bahwa pengungsi adalah manusia yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena keadaan yang sulit. Perlakukan mereka dengan hormat dan empati.
Bagaimana dampak pemangkasan bantuan terhadap kesehatan pengungsi, khususnya anak-anak? (Ditanyakan oleh Ani Setiawan)
"Pemangkasan bantuan pangan berdampak signifikan pada kesehatan pengungsi, terutama anak-anak. Kekurangan gizi dapat menyebabkan stunting, penurunan daya tahan tubuh, dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Hal ini juga dapat mengganggu perkembangan kognitif dan fisik anak-anak dalam jangka panjang." - Dr. Kartini, Ahli Gizi dan Kesehatan Masyarakat
Apa saja upaya yang dilakukan pemerintah Thailand untuk mengatasi krisis ini? (Ditanyakan oleh Budi Santoso)
"Pemerintah Thailand menyediakan tempat penampungan sementara dan akses terbatas ke layanan dasar. Namun, kebijakan terkait izin kerja bagi pengungsi masih menjadi perdebatan." - Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Indonesia
Bagaimana masyarakat internasional dapat berkontribusi dalam membantu pengungsi Myanmar di Thailand? (Ditanyakan oleh Citra Dewi)
"Dukungan finansial kepada lembaga kemanusiaan sangat penting. Selain itu, negara-negara dapat menawarkan program resettlement dan memberikan tekanan diplomatik kepada pemerintah Myanmar untuk menyelesaikan konflik internal yang menjadi akar masalah." - António Guterres, Sekretaris Jenderal PBB
Apa saja tantangan terbesar yang dihadapi lembaga kemanusiaan dalam memberikan bantuan kepada pengungsi? (Ditanyakan oleh Dedi Prasetyo)
"Keterbatasan dana, akses yang sulit ke beberapa lokasi kamp, dan birokrasi merupakan beberapa tantangan utama. Keamanan dan stabilitas politik di wilayah perbatasan juga menjadi faktor penting." - Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden Indonesia
Apa harapan untuk masa depan para pengungsi Myanmar ini? (Ditanyakan oleh Eka Putri)
"Harapan terbesar tentu saja tercapainya perdamaian di Myanmar agar para pengungsi dapat kembali ke rumah mereka dengan aman. Sementara itu, penting bagi komunitas internasional untuk terus memberikan dukungan dan perlindungan kepada mereka." - Din Syamsuddin, Tokoh Agama dan Aktivis Kemanusiaan