Asap Gudang Garam Tak Lagi Mengepul, Laba Anjlok Dramatis 82% dari Rp5 Triliun Menjadi Rp900 Miliar, Apa yang Terjadi?
Kamis, 17 April 2025 oleh jurnal
Asap Gudang Garam Tak Lagi Mengepul: Laba Anjlok 82%
Kabar mengejutkan datang dari salah satu raksasa industri rokok Indonesia, PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Perusahaan yang identik dengan Gudang Garam Merah ini mencatatkan penurunan laba yang signifikan. Bukan lagi miliaran, tapi triliunan rupiah yang menguap, tepatnya 82% dari Rp5,3 triliun di tahun 2023 menjadi hanya Rp981 miliar di tahun 2024.
Gudang Garam, yang berdiri sejak 1958 dan menjadi produsen sigaret kretek tangan (SKT) terbesar sejak 1966, dikenal dengan berbagai mereknya seperti Gudang Garam, GG, dan Surya. Bahkan, perusahaan ini pernah masuk dalam daftar 10 perusahaan rokok dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia. Sayangnya, kinerja keuangannya justru merosot, meskipun telah melakukan diversifikasi bisnis ke sektor infrastruktur, termasuk pembangunan jalan tol dan pengoperasian bandara internasional.
Penurunan laba ini sangat drastis jika dibandingkan dengan performa satu dekade terakhir. Pada 2014, laba Gudang Garam terus meningkat hingga mencapai puncaknya di Rp10,8 triliun pada 2019. Namun, kini labanya merosot 91% dari angka tersebut.
Salah satu penyebab utama anjloknya laba ini adalah penurunan penjualan. Setelah menikmati pertumbuhan pendapatan selama 10 tahun berturut-turut (2014-2022), Gudang Garam mulai mengalami penurunan pada 2023 yang berlanjut hingga 2024. Pendapatan di 2024 turun 17% menjadi Rp98,65 triliun, dibandingkan Rp118,95 triliun di 2023. Baik penjualan ekspor maupun lokal sama-sama mengalami penurunan, masing-masing sebesar 12,1% dan 17,1%.
Selain penurunan penjualan, margin keuntungan Gudang Garam juga semakin tipis. Dari 20,53% di 2014, margin terus menurun dan bahkan berada di bawah 10% pada 2022 dan 2024. Kenaikan cukai rokok yang berdampak pada daya beli konsumen yang stagnan disebut-sebut sebagai salah satu faktornya. Selain itu, kebijakan yang menyamakan regulasi rokok elektrik dan rokok konvensional membuat Gudang Garam enggan memproduksi rokok elektrik, padahal tren konsumsi rokok elektrik sedang meningkat.
Berikut beberapa tips untuk mengelola keuangan Anda, khususnya di tengah kenaikan harga dan ketidakpastian ekonomi:
1. Buat Anggaran - Catat pengeluaran dan pemasukan Anda secara detail. Ini membantu Anda melihat ke mana uang Anda pergi dan mengidentifikasi area penghematan.
Contoh: Gunakan aplikasi pencatat keuangan atau buku catatan untuk mencatat setiap transaksi.
2. Prioritaskan Kebutuhan - Bedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dahulukan kebutuhan pokok seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi.
Contoh: Tunda pembelian gadget baru jika belum mendesak.
3. Cari Sumber Penghasilan Tambahan - Jika memungkinkan, cari pekerjaan sampingan atau peluang usaha untuk menambah penghasilan.
Contoh: Menjadi freelancer atau menjual barang secara online.
4. Investasi - Pelajari dan mulai berinvestasi untuk mengamankan masa depan keuangan Anda.
Contoh: Investasi reksadana atau emas.
5. Evaluasi Asuransi - Pastikan Anda memiliki asuransi kesehatan dan jiwa yang memadai untuk melindungi diri dan keluarga.
Contoh: Bandingkan premi dan manfaat dari berbagai perusahaan asuransi.
6. Hemat Energi - Gunakan energi secara bijak untuk mengurangi tagihan listrik dan air.
Contoh: Matikan lampu saat tidak digunakan dan perbaiki keran yang bocor.
Bagaimana dampak kenaikan cukai terhadap industri rokok secara keseluruhan, Pak Budi Santoso?
(Budi Santoso, Pengamat Ekonomi) Kenaikan cukai rokok memiliki dampak yang kompleks. Di satu sisi, bertujuan untuk mengurangi konsumsi rokok dan meningkatkan penerimaan negara. Namun, di sisi lain, dapat menekan industri rokok, khususnya produsen rokok kretek tangan yang menyerap banyak tenaga kerja.
Apa strategi Gudang Garam untuk menghadapi penurunan laba ini, Ibu Ani Wijaya?
(Ani Wijaya, Analis Pasar Modal) Gudang Garam perlu melakukan inovasi produk dan strategi pemasaran yang lebih agresif. Diversifikasi bisnis ke sektor non-rokok juga perlu diperkuat untuk mengurangi ketergantungan pada industri rokok yang semakin tertekan.
Apakah keputusan untuk tidak memproduksi rokok elektrik tepat, Bapak Chandra Kusuma?
(Chandra Kusuma, Konsultan Bisnis) Keputusan ini cukup berisiko mengingat tren pasar yang beralih ke rokok elektrik. Gudang Garam perlu mempertimbangkan kembali strategi ini dan melakukan riset pasar yang lebih mendalam.
Bagaimana prospek industri rokok ke depannya, Ibu Dewi Pertiwi?
(Dewi Pertiwi, Peneliti Kesehatan Masyarakat) Industri rokok akan terus menghadapi tantangan, terutama dari sisi regulasi dan kesehatan. Inovasi dan adaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen menjadi kunci keberlanjutan industri ini.
Apa saran untuk investor yang memiliki saham GGRM, Pak Eko Prasetyo?
(Eko Prasetyo, Perencana Keuangan) Investor perlu memantau kinerja dan strategi Gudang Garam dengan cermat. Diversifikasi portofolio investasi juga penting untuk mengurangi risiko.
Bagaimana pemerintah dapat menyeimbangkan kepentingan kesehatan dan ekonomi terkait industri rokok, Ibu Fifi Amalia?
(Fifi Amalia, Ahli Kebijakan Publik) Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang komprehensif, mempertimbangkan dampak kesehatan, ekonomi, dan sosial. Edukasi publik tentang bahaya rokok dan pendampingan bagi pekerja industri rokok juga perlu ditingkatkan.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca.